PRINSIP
DIDAKTIK-METODIK
DAN
PROSEDUR DASAR PKR
MAKALAH
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PEMBELAJARAN
KELAS RANGKAP
DOSEN PENGAMPU : Drs. JAINO, M.Pd
Oleh
1.
ANTONIUS TRISANTO TUKAN (
1401413639 )
2.
RASMINI ( 1401413606 )
3.
LOUNIKE WELNA LETLORA ( 1401413625 )
PPGT 2013
PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR),
merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru SD. Guru
harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua murid merasa mendapat
perhatian dari guru secara
terus-menerus. Agar mampu melakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai
teknik. Menghadapi dua kelas atau
lebih pada saat yang bersamaan dan
kemudian mampu meyakinkan murid bahwa
guru selalu berada bersama mereka, bukan pekerjaan yang mudah.
Guru harus mampu melakukan tindakan
instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat. Tindakan instruksional
adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan penyampaian isi kurikulum,
seperti menjelaskan atau member tugas dan mengajukan pertanyaan. Tindakan
pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan dengan penciptaan dan pengembalian kondisi kelas
yang optimal.. Misalnya menunjukkan sikap tanggap dana peka, mengatur tempat
dudk, member petunjuk yang jelas, atau menegur siswa.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran
PKR ada beberapa prinsip yang harus di pelajari oleh calon guru. salah satu
dari prinsip-prinsip tersebut adalah Prinsip
Didaktik-Metodik dan Prosedu Dasar
PKR
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan prinsip
didaktik-metodik dan prosedural dasar PKR?
1.2.2 Bagaimanakah cara membuka dan
menutup pembelajaran?
1.2.3 Bagaimanakah mendorong belajar
aktif dan membiasakan belajar mandiri?
1.2.4 Apa saja langkah-langkah yang
dilakukan dalam mengelola kelas PKR?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk dapat mengetahui tentang
prinsip didaktik-metodik dan prosedural dasar PKR
1.3.2 Untuk dapat mengetahui cara
membuka dan menutup pembelajaran
1.3.3 Untuk dapat mengetahui mendorong
belajar aktif dan membiasakan belajar mandiri
1.3.4 Untuk dapat mengetahui
langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelola kelas PKR
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Didaktik-Metodik dan
Prosedur Dasar PKR
Didaktik berasal
dari bahasa latin didasco/didascein yang berarti “saya mengajar”, secara
popular diartikan sebagai ilmu mengajar atau pengetahuan tentang bagaimana
mengajar. Metodik juga berasal dari bahasa latin yang artinya metodos atau
“jalan ke”, dan secara popular diartian sebagai cara atau strategi mengajar.
Cara atau strategi mengajar pada dasarnya berkenaan
dengan penataan urutan kegiatan pembelajaran. Secara operasional dapat dirinci
menjadi bagaimana membuka pembelajaran, mengisi kegiatan inti pembelajaran dan
mengakhiri pembelajaran. Sementara itu ilmu mengajar atau didaktik berkenaan
dengan bagaimana menerapkan teori dan konsep psikologis, sosiologis, komunikasi
dan dari ilmu lain yang sesuai dalam upaya membimbing dan menciptakan situasi
belajar. Jadi, didaktik sebenarnya merupakan ilmu terapan atau ilmu pendidikan
praktis.
Dengan menggunakan konsep didaktik dan metodik
seperti diuraikan, maka yang dimaksud dengan prinsip-prinsip didaktik-metodik
dan prosedur dasar pembelajaran kelas rangkap adalah:
1. Konsep-konsep
pembelajaran yang relevan dan perlu diterapkan dalam PKR sehingga membentuk
suatu sistem.
2. Keterampilan
prosedural pembelajaran, khususnya berkenaan dengan membuka dan menutup
pembelajaran, mendorong belajar aktif dan belajar mandiri, dan mengelola kelas
PKR.
2.2 Membuka dan Menutup
Pembelajaran
Sebagai seorang guru, tidak asing lagi dengan
kegiatan membuka dan mengakhiri pelajaran. Karena kedua kegiatan itu dilakukan
setiap kali mengajar. Namun setiap guru mempunyai kebiasaan atau cara yang
berbeda dengan guru lainnya. Hal ini dikarenakan mengajar memiliki sisi
keilmuan dan sisi kiat atau seni. Dan yang membedakan perilaku mengajar guru
adalah dalam hal seni atau kiatnya.
Seni atau kiat mengajar itu berkenaan dengan
bagaimana guru menciptakan interaksi
belajar-mengajar
yang berhasi, menarik dan menyenangkan. Sedangkan dari sisi keilmuan berkenaan
dengan penalaran guru mengenai apa, mengapa, dan bagaimana membelajarkan murid.
Dimana hal ini mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta intelektual
guru yang memadai. Dalam praktik mengajar, sisi keilmuan dan kiat mengajar
harus terpadu dan, harus saling mengisi. Hal ini berarti bahwa mengajar harus
dapat diwujutkan dalam praktik dengan baik, dan cara mengajarpun dilandasi oleh
prinsip-prinsip keilmuan mengajar. Meskipun kenyataan di lapangan juga
tergantung dari kualitas kepribadian guru.
Setiap guru PKR harus menguasai prinsip-prinsip
keilmuan mengajar dan memiliki kiat mengajar dibandingkan dengan guru SD
lainnya. Oleh karena itu, disamping memiliki ilmu dan kiat mengajar secara
umum, juga harus memiliki ilmu dan kiat mengajar yang lebih khusus. Berikut
ulasan tentang bagaimana membuka dan
mengakhiri pelajaran dalam situasi pembelajaran kelas rangkap (PKR).
2.2.1 Membuka Pelajaran
Perhatikan contoh bagaimana seorang guru SD membuka
pelajaran dalam PKR 321 berikut.
Guru : Selamat pagi anak-anak!
Murid : Secara serempak, selamat pagi bu guru!
Guru : -
Coba perhatikan, kelas III, kelas IV, dan juga kelasV.
- Hari ini kelas III dan kelas IV belajar IPS
dan kelas V Bhs Indonesia.
-
Kelas V membuat karangan bebas, kelas IV menggambar peta kabupaten, dan kelas III mencari nama-nama kota kecamatan
di kabupaten.
Dalam
membuka pelajaran ada empat hal pokok yang harus dilakukan oleh guru yaitu:
1) Menarik
perhatian murid
Mengajar
murid dalam PKR memerlukan perhatian khusus, karena guru akan berhadapan dengan
kelompok murid lebih dari satu kelas pada saat bersamaan. Pada awal pelajaran
sebaiknya semua kelas menjadi satu. Gunakan ruangan yang cukup atau di luar
kelas. Bila PKR dilaksanakan dalam satu ruangan, setelah pembukaan guru tinggal
meneruskan mengatur penempatan murid tiap kelas dalam ruangan itu. Tetapi bila
PKR dilaksanakan lebih dari satu ruangan, maka setelah pembukaan murid dapat
menuju ruangan kelasnya masing-masing untuk meneruskan pelajaran. Sedapat
mungkin hindari melakukan pembukaan pelajaran secara bergilir, sebab hal ini
dapat mengakibatkan lamanya waktu tunggu di kelas-kelas berikutnya. Dan bila
hal itu terjadi maka waktu belajar murid di ruang lain menjadi berkurang.
Berikut
adalah berbagai cara menarik perhatian murid saat membuka pembelajaran.
·
Memperlihatkan benda, alat, gambar yang
berhubungan dengan materi pelajaran.
·
Memberikan salam dan aba-aba perhatian.
·
Membunyikan sesuatu, misalnya peluit.
2) Menimbulkan
Motivasi
Motivasi
belajar sangat penting dimiliki oleh setiap murid dalam belajar. Bagamana guru
dapat mendorong murid untuk mampu dan terbiasa dalam belajar juga sangat
penting. Motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam diri murid dan
dari luar diri murid untuk mengalami perubahan perilaku dalam bentuk
pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Motivasi yang berasal dari diri
murid disebut motivasi instrinsik, misalnya kemauan, kebutuhan, semangat, rasa
senang dan sebagainya. Motivasi yang berasal dari luar diri murid disebut
motivasi ekstrinsik, misalnya guru dan apa saja yang dilakukan guru untuk
membuat murid mau, mampu dan biasa belajar, bahkan lingkungan belajar, kelas,
bahan, sumber belajar dan sebagainya. Motivasi belajar instrinsik dan
ekstrinsik harus ditimbulkan secara terpadu.
Dengan
demikian kedua motivasi tersebut menjadikan energi atau daya yang dapat
menggerakkan murid untuk belajar, yaitu mengalami perubahan perilaku. Ada empat
cara yang dapat dilakukani guru PKR dalam menimbulkan motivasi yaitu:
a) Menunjukkan
kehangatan dan semangat
Kehangatan
seorang guru terhadap muridnya nampak pada penampilannya yang ceria dan
bersahabat, tidak angker dan tidak menakutkan. Adanya perhatian yang penuh
dengan kesungguhan dan ketulusan, tidak memberi kesan asal-asalan dan terpaksa.
Semangat atau keantusiasan guru dalam menghadapi muridnya nampak dari bagaimana
santun bahasanya yang akrab. Bersemangat atau ada gairah dalam melakukan
tugasnya sebagai guru.
b)
Menimbulkan sara ingin tahu.
Rasa ingin tahu murid
tampak dari adanya perhatian murid pada saat guru berbicara atau bertanya
terhadap materi dan kaitan materi yang sedang dipelajari. Untuk dapat
menimbulkan rasa ingin tahu guru harus berefikir dan berbicara secara logis dan
sistimatis. Misalnya bila guru akan mengajarkan konsep makanan yang bergizi,
maka guru akan bertanya pada murid sebagai berikut “ Anak-anak dapatkah kamu
menyebutkan makanan yang kita makan sehari-hari?” Apa lagi? Siapa yang dapat
menyebutkan! Apa yang kalian sebutkan banyak yang benar. Mari kita lihat
sekarang tentang cirri-ciri makanan bergizi.
c)
Mengemukakan ide yang bertentangan
Ide atau pendapat yang
bertentangan dapat menimbulkan disonansi kognitif, yaitu: situasi dalam
pikiran seseorang yang penuh pertanyaan. Dan pada gilirannya dapat
menimbulkan dorongan belajar bagi murid. Untuk dapat menimbulkan ide yang
bertentangan guru dapat menyajikan suatu kasus atau cerita bermasalah. Kasus
itu dapat berupa kejadian yang sesungguhnya. Misalnya diambil dari berita
di surat kabar.
d)
Memperhatikan minat siswa
Minat dapat diartikan
sebagai rasa tertarik pada sesuatu. Minat seseorang biasanya nampak dari
perhatian dan kebiasaan. Minat seseorang dapat terpusat pada sesuatu hal yang
dirasakan memberi kepuasan batin atau bermula dari tuntutan. Setiap orang
memiliki minat yang berbeda dari orang lain, baik dalam jenis maupun kadarnya.
Minat juga berkaitan dengan kebutuhan. Misalnya seseorang yang memiliki
kebutuhan rasa aman, biasanya ia punya minat pada olah raga bela diri. Oleh
karena itu hendaknya guru memperhatikan minat murid, motivasi harus dikaitkan
pada variasi minat murid.
3) Memberi
Acuan Belajar
Proses
belajar pada pendidikan formal antara lain ditandai oleh keterarahan.
Keterarahan adalah wujud dari proses belajar yang terpadu dan terkait pada
tujuan belajar. Dan keterpaduan harus dimulai pada saat pembukaan pelajaran.
Acuan atau rambu-rambu yang diberikan pada awal pelajaran dapat memberi jalan
bagi terjadinya proses belajar yang berorientasi pada tujuan. Agar dapat
menjamin keterarahan belajar, maka pada awal pembelajaran guru perlu memberi
acuan.
Acuan dalam situasi PKR
dapat dilakukan sebagai berikut..
a)
Mengemukakan tujuan dan batas-batas
tugas
Tujuan
merupakan gambaran perilaku yang diharapkan terbentuk setelah proses
pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru harus mengemukakan tujuan
pembelajaran, hal ini penting agar dapat memberi arah pada proses belajar.
Dalam PKR, tujuan pasti bersifat multi level dan multi dimensional. Tujuan
belajar untuk kelas IV, V, VI, dalam PKR pasti memiliki tujuan yang beraneka
dalam tingkat kelas maupun bidangnya.
Sebagai
contoh tujuan yang bersifat multi level dan multi dimensional adalah: Kelas IV
dan kelas V belajar IPS dengan topik kekayaan alam. Tujuan yang diharapkan bagi
murid kelas IV adalah murid dapat mengidentifikasi sumber daya alam. Sedang
untuk kelas V murid dapat memberi contoh pemanfaatan sumber daya alam. Kelas VI
akan belajar PPKN dengan tujuan agar murid dapat memcahkan kasus pencemaran
lingkungan dari sudut hukum.
Batas
tugas merupakan garis batas yang dapat dipakai pedoman oleh murid seberapa jauh
mereka harus melakukan suatu tugas atau pengalaman belajar. Batas tugas secara
konseptual tampak dalam tujuan dan prosedur kegiatan belajar yang akan dilalui.
Baik batas tugas maupun tujuan sebaiknya dikemukakan pada awal pelajaran
sebagai acuan bagi murid dan juga bagi guru dalam menjalani proses pembelajaran
pada tahap kegiatan yang akan berlangsung.
b)
Langkah-langkah yang akan ditempuh.
Langkah-langkah
yang akan ditempuh sering disebut strategi instruksional. Langkah-langkah
tersebut berisi urutan kegiatan yang dirancang oleh guru dalam mencapai tujuan
belajar. Dalam PKR 321, harus dikemukakan dengan jelas urutan kegiatan yang
harus dilakukan oleh masing-masing kelas IV, V, dan VI. Dengan demikian pada
masing-masing kelas itu akan dapat memperoleh pengalaman belajar yang
sistematis dan terancang untuk mencapai tujuan dengan baik.
c)
Mengingatkan masalah pokok yang akan
dibahas
Pada
setiap tahap kegiatan pembelajaran harus ditemukan apa yang menjadi masalah
pokok sebagai pusat perhatian proses belajar. Masalah pokok biasanya berupa
konsep yang akan dibahas. Dan masalah pokok perlu dikemukakan pada awal pelajaran.
d)
Mengajukan pertanyaan
Pada
awal pelajaran guru dapat mengajukan pertanyaan pemicu. Maksudnya sebagai
pemandu awal yang berfungsi memberi acuan bagi murid dalam belajar. Pertanyaan
pemicu dapat dikaitkan dengan benda, peristiwa, gambar yang digunakan pada saat
guru menarik perhatian murid. Pertanyaan pemicu dapat disusun mulai dari
pertanyaan sederhana misalnya apa, dimana, tahun berapa, sampai pertanyaan yang
lebih rumit misalnya mengapa, bagaimana, apa akibatnya dan sebagainya.
4) Membuat
kaitan materi
Membuat
kaitan materi pada awal pelajaran sangat penting, karena akan menghubungkan
pengalaman lama dengan pengalaman baru. Bila pengalaman lama dengan pengalaman
baru dapat dihubungkan dengan baik, maka proses belajar akan berlangsung lebih bermakna.
Membangun kaitan materi dengan melalui :
a) Pertanyaan
appersepsi, yaitu pertanyaan mengenai bahan lama yang telah dipelajari
sebelumnya. Dari pertanyaan ini diharapkan dapat diperoleh jawaban yang
menggambarkan perilaku awal murid, yang berupa sikap, nilai, dan keterampilan
yang telah dikuasai sebelum memulai pelajaran baru.
b) Merangkum
materi yang lalu dengan maksud untuk memtakan apa saja yang telah dipelajari
murid. Apabila jawaban pertanyaan appersepsi dan rangkuman dipadukan, maka guru
akan dapat membaca bekal belajar murid sehingga materi baru dapat dikaitkan
untuk menghasilkan proses belajar yang yang bermakna. Bagi murid akan dapat
melihat nilai tambah apa yang akan diperoleh setelah mempelajari materi baru.
2.2.2 Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran sama pentingnya dengan menutup
pelajaran, walaupun berbeda tujuan dan fungsinya. Untuk menutup pelajaran
sebaiknya dilakukan secara bersama-sama dimana semua murid dari kelas yang
dirangkap hadir dalam satu ruangan atau satu tempat.
Ada tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan guru
dalam menutup pelajaranyaitu:
1)
Meninjau kembali.
Untuk
mengecek apakah pengalaman belajar murid sudah memenuhi tuntutan pedagogis
sebagaimana diisyaratkan dalam tujuan perlu ditinjau kembali. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan dengan cara merangkum atau membuat ringkasan. Rangkuman
sebaiknya dibuat guru dengan melibatkan murid. Dengan demikian murid dapat
memahami apa saja yang telah dipelajari dalam pembelajaran.
2)
Mengadakan evaluasi penguasaan murid
Salah
satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah tercapai tidaknya penguasaan
murid mengenai materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang digariskan. Untuk
maksud tersebut guru perlu mengadakan evaluasi formatif pada akhir pelajaran.
Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1. Mendemonstrasikan
keterampilan.
2. Menerapkan
ide baru pada situasi lain
3. Mengemukakan
pendapat sendiri
4. Memberikan
soal-soal secara tertulis
3)
Memberikan tindak lanjut
Tindak
lanjut berfungsi untuk menghubungkan materi dan pengalaman belajar baru dengan
pengalaman yang akan datang. Tindak lanjut dapat dilakukan dengan cara memberi
pekerjaan rumah, merancang sesuatu, mengkomunikasikan sesuatu.
2.3
Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan Belajar Mandiri.
Pada hakekatnya belajar itu adalah adanya perubahan.
Perubahan berkenaan dengan pengetahuan, nilai dan sikap, keterampilan, dan
kebiasaan belajar. Perubahan pengetahuan melalui proses pemahaman, sedang nilai
dan sikap melalui proses penghayatan. Keterampilan berubah melalui proses
latihan, sedang kebiasaan belajar berubah melalui pembiasaan atau habituasi.
Semua proses perubahan itu terjadi dalam diri individu.
Dengan demikian dalam proses belajar individulah
yang aktif, oleh karena itu proses pembelajaran yang baik adalah proses yang
memungkinkan murid belajar secara mandiri. Belajar mandiri adalah proses
memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap, keterampilan, dan kebiasaan belajar
melalui pemanfaatan rangsangan dari luar diri murid untuk membangkitkan
kemampuan belajar secara optimal. Untuk dapat menumbuhkan proses belajar
mandiri perlu diciptakan iklim belajar yang baik, yang ditandai oleh adanya
suasana hangat, menarik dan menyenangkan.
Ada beberapa alasan yang dapat kita simak, mengapa
belajar mandiri perlu digalakkan.
a. Ada
bukti yang kuat bahwa individu yang berinisiatif dalam belajar dapat belajar
lebih banyak, dan lebih baik dari pada individu yang tergantung pada guru.
b. Belajar
mandiri lebih sesuai denga prose salami perkembangan mental individu.
c. Perkembangan
baru dalam berbagai aspek pendidikan menempatkan murid sebagai pebelajar yang
aktif(Knowles,1975).
Untuk dapat mengembangkan murid sebagai pebelajar
yang aktif, guru PKR perlu menguasai beberapa keterampilan seperti berikut:
a.
Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Metode
pembelajaran yang paling potensial dalam PKR adalah metode diskusi atau metode
kerja kelompok, terutama kelompok kecil. Apalagi karena kelas PKR di SD kecil
jumlah muridnya sedikit. Kelompok kecil dalam kelas PKR bisa dibentuk untuk
masing-masing kelas atau lintas kelas. Besar kelompok tergantung pada jumlah
murid, kelompok terkecil berjumlah dua orang dan paling besar lima orang.
Keterampilan yang perlu dikuasai guru PKR dalam menata diskusi atau kerja
kelompok kecil adalah:
1)
Memusatkan perhatian murid
2)
Memperjelas masalah yang menjadi pusat perhatian
3)
Menganalisis pendapat murid
4)
Memberi kesempatan kepada murid untuk mengeluarkan pendapat
5)
Memeratakan kesempatan untuk berbicara
6)
Memacu proses berfikir murid
7)
Menutup diskusi dengan laporan
b.
Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Di
SD kecil, ada kalanya murid yang dihadapi hanya 1-2 orang dalam satu kelas,
sehingga dapat dirangkap dengan kelas lain yang jumlahnya lebih banyak meskipun
tak sebanyak kelas normal. Bahkan ada SD yang jumlah murid seluruhnya hanya
15-20 orang. Ruang belajar yang digunakan hanya satu ruang dengan atau tanpa
sekat. Untuk menghadapi situasi semacam ini, guru PKR dituntut untuk menguasai
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Dalam
pengajaran kelompok kecil dan perorangan ada sejumlah peran guru yang perlu
dihayati yaitu guru sebagai:
1)
Penata kegiatan belajar-mengajar
2)
Sumber informasi bagi murid
3)
Pendorong belajar siswa
4)
Penyedia materi dan pembuka kesempatan belajar murid
5)
Pendiagnosis kebutuhan belajar murid
6)
Pemberi kemudahan belajar sesuai kebutuhan murid
7)
Mitra kerja dalam kegiatan belajar
Agar
dapat memainkan peran-peran tersebut di atas guru PKR perlu menguasai sejumlah
keterampilan sebagai berikut :
1)
Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
-
Tunjukkan perhatian yang hangat
-
Dengarkan pendapat murid
-
Berikan respon yang positif
-
Ciptakan hubungan saling percaya
-
Tunjukkan kesediaan membantu murid
-
Bersikaplah terbuka terhadap perasaan murid
-
Kendalikan situasi agar murid merasa aman
2)
Keterampilan menata kegiatan belajar-mengajar
-
Adakan pengenalan umum mengenai isi dan latar kegiatan belajar
-
Gunakan variasi kegiatan sesuai kebutuhan
-
Adakan pengelompokan murid sesuai dengan tujuan
-
Jangan lupa mengkoordinasikan aneka kegiatan yang berlangsung
-
Berikan perhatian pada berbagai tugas yang diberikan
-
Usahakan agar pada akhir kegiatan selalu ada penyimpulan
3)
Keterampilan mengarahkan dan memberi kemudahan belajar
-
Berikan penguatan terhadap perilaku murid yang baik
-
Bersikap tanggap terhadap keadaan murid
-
Berikan bantuan belajar sesuai kebutuhan untuk belajar lebih lanjut
-
adakan pemantapan terhadap kegiatan kelompok dan perorangan
c.
Mengadakan Variasi
Variasi
dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi murid, serta mengurangi kejenuhan dan
kebosanan. Seorang guru PKR dapat membuat murid senang, puas, dan betah
belajar. Caranya adalah mengadakan variasi dalam pembelajaran. Variasi juga
disebut keanekaragaman. Dalam pembelajaran, keanekaragaman menyangkut gaya
mengajar, media, sumber, dan pola interaksi serta kegiatan belajar mengajar.
1)
Variasi gaya mengajar
Gaya
mengajar adalah pola penampilan guru dalam mengolah dan mengelola rangsangan
belajar dan lingkungan belajar yang memungkinkan tumbuhnya dinamika proses
belajar murid. Dinamika proses belajar tercermin pada perhatian, semangat, dan
rasa senang, betah atau keasyikan murid dalam mempelajari sesuatu. Penampilan
mengajar guru diwarnai oeh keterampilan guru dalam:
a. Bicara:
kecepatan, kejernihan, tekanan, volume, dan kepasihan.
b. Perhatian:
pemusatan perhatian murid, persebaran perhatian pada kegiatan murid secara bersamaan.
c. Kesenyapan:
berhenti bicara sebentar untuk mengendapkan ide
d. Kontak
pandang: semua murid mendapat tatapan hangat dari guru
e. Olah
gerak dan mimik : gerak fisik dan tampilan wajah
f. Alih
posisi: berdiri yang memungkinkan murid merasakan perhatian sama
2)
Variasi media dan sumber
Media
adalah alat dan bahan yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan yang
dapat berupa ide, informasi, pendapat kepada murid. Media dapat berbentuk
visual(terlihat), audio(terdengar) dan teraba.
Sumber
adalah benda, manusia, situasi yang berisikan/menghasilkan informasi, data,
fakta, ide, rangsangan yang dapat digunakan oleh guru dan murid dalam
berkomunikasi. Sumber dapat berupa barang cetak(buku,modul), bahan terekam(kaset
audio), bahan tersiar(radio,TV), manusia sumber, dan pengaruh yang ditimbulkan
oleh masing-masing jenis sumber tersebut.
Keterampilan
guru memanfaatkan aneka ragam media dan sumber secara tepat guna dan layak
dapat membangun suasana belajar –mengajar yang menarik, menantang,
menyenangkan, dan mengasyikkan. Untuk itu guru sebaiknya terampil dalam
memilih, menyelesaikan, menggunakan dan bila mungkin mengolah kembali media dan
sumber sesuai kebutuhan.
3)
variasi pola interaksi dan kegiatan
Pola
interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar-mengajar sangat beraneka
ragam, mulai dari yang didominasi guru sampai kegiatan yang dilakukan sendiri
oleh murid. Proses belajar murid harus diartikan sebagai aktivitas individu
dalam membangun pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman belajar yang baik
dan bermakna adalah pengalaman belajar yang dibangun melalui aneka ragam pola
interaksi dan kegiatan yang sengaja dikembangkan oleh guru. Oleh karena itu
guru harus menguasai pola interaksi dan kegiatan.
Bila
dilihat dari jumlah peserta murid dalam suatu kegiatan belajar, kegiatan
belajar dapat berupa kegiatan perorangan, pasangan, kelopok kecil, kelompok
besar, dan secara klasikal. Pola interaksi yang bisa terjadi pada setiap jenis
kegiatan tidak selalu sama. Jenis pola interaksi tersebut adalah:
a)
Pola interaksi perseorangan (pola INPERS)
b)
Pola interaksi pasangan (pola INPAS)
c)
Pola interaksi kelompok kecil (pola INKK)
d)
Pola interaksi kelompok besar (pola INKB)
e)
Pola interaksi klasikal (pola INKLAS)
Bila
dilihat dari kegiatannya terdapat beberapa jenis yang dapat digunakan di kelas
antara lain:
a)
Membaca
b)
Menggunakan lembar kerja
c)
Bercerita
d)
Berdialog/berdiskusi
e)
Mengadakan percobaan
f)
Mendengarkan kaset/radio
g)
Bernyanyi
h)
Mengamati lingkungan
2.4 Mengelola Kelas PKR
Kelas PKR memerlukan perhatian yang lebih dari kelas
biasa, karena karakteristik pembelajaran dalam PKR jauh lebih beragam daripada
di kelas biasa. Tetapi tuntutan pedagogisnya sama yaitu iklim kelas yang perlu
diciptakan harus memungkinkan murid dapat memanfaatkan waktu belajar secara
efektif. Untuk dapat menciptakan dan memelihara suasana kelas yang memungkinkan
optimal kualitas pembelajarannya dan keterlibatan murid, perlu pengelolaan
kelas yang baik. Keterampilan mengelola kelas mencakup kemampuan guru untuk :
a.
Menciptakan dan memelihara situasi kelas
yang optimal
Situasi
kelas yang optimal ditandai oleh tingginya waktu yang digunakan untuk mendorong
murid melakukan tugas-tugas, dan waktu yang digunakan oleh murid untuk
melibatkan diri dalam interaksi kelas. Untuk dapat menciptakan situasi tersebut
guru sebaiknya terampil dalam:
1) Menanggapi
dengan penuh perhatian hal-hal yang mengganggu jalannya interaksi belajar
mengajar. Misalnya, bila ada murid yang bercerita sendiri.
2) Memeratakan
perhatian terhadap semua kelompok secara visual maupun verbal.
3) Bicara
dengan jelas sehingga semua murid bias mendengar, arahkan pandangan ke semua
murid.
4) Memberikan
penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga murid-murid memahami tugas dan
peranan serta tanggung jawabnya dalam kegiatan belajarmengajar
5) Memberi
teguran dengan arif dan bijaksana bila melihat terjadinya perilaku menyimpang
dari murid. Teguran yang kasar bukan saja tak efektif, tetapi dapat melukai
perasaan murid.
6) Memberikan
penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan dan token sesuai dengan
keperluan dan situasi secara wajar. Berikan pujian terhadap perilaku yang baik
untuk mendorong munculnya perilaku baik lebih sering muncul.
b.
Mengendalikan kondisi belajar yang
optimal
Bila
ada murid yang berperilaku yang menyimpang janganlah dibiarkan, tetapi harus
dikendalikan. Hakekat belajar adalah perubahan, maka bila melihat adanya
perilaku menyimpang harus segera diubah menjadi perilaku yang baik. Mengubah
perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara:
1)
Mengajarkan dan memberi contoh perilaku
yang diinginkan.
2)
Menguatkan perilaku yang baik dengan
pujian yang wajar.
3)
Memberi hukuman dengan cara yang benar
dan wajar terhadap perilaku menyimpang.
Dalam
upaya mengatasi perilaku yang menyimpang ada sejumlah teknik yang dapat
digunakan yaitu:
1)
Mengabaikan sementara yang direncanakan.
2)
Melakukan campur tangan dengan isyarat
3)
Mengawasi dari dekat
4)
Menerima perasaan negatif murid
5)
Mendorong murid mengungkapkan perasaannya
6)
Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu
7)
Menghilangkan ketegangan dengan humor.
8)
Mengatasi penyebab gangguan.
9)
Membatasi secara fisik
10)
Menjauhkan penggannggu
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Guru PKR perlu memiliki ilmu dan kiat mengajar, agar
proses pembelajaran berhasil dengan baik. Membuka pelajaran merupakan
penghubung pengalaman belajar lama dan baru yang sekaligus berfungsi sebagai
langkah awal yang menentukan mulus tidaknya proses belajar murid. Menutup
pelajaran merupakan review terhadap pelajaran yang berlangsung dan berfungsi
sebagai penghubung antara pengalaman baru dengan pengalaman yang akan dating.
Proses belajar aktif dan belajar mandiri perlu
dikembangkan dalam pelaksanaan PKR, dengan menciptakan iklim belajar yang
ditandai olehn suasana hangat, saling hormat, adanya dialog, peran murid jelas,
dan saling percaya. Dalam menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal
guru PKR harus terampil dalam menanggapi suasana belajar, memeratakan
perhatian, memberi penugasan yang jelas, memberi teguran yang arif dan
bijaksana, dan memberikan penguatan yang tepat. Dalam mengendalikan kondisi
belajar yang optimal dan mengatasi perilaku menyimpang, guru harus terampil
dalam mengajarkan dan memberi contoh, menguatkan perilaku yang baik, dan
memberi hukuman yang benar dan wajar.
3.2
Saran
Sebagais calon seorang guru,
sebaiknya kita perlu mendalami materi pada makalah ini dengan baik. Hal ini
dikarenakan pada makalah ini membahas mengenai mengenai prinsip
didaktik-metodik dan prosedur dasar PKR yang akan bermanfaat bagi kita jika
nantinya kita mendapat tugas menjadi seorang guru PKR.
DAFTAR PUSTAKA
Djalil,
A., 2004. Pembelajaran Kelas Rangkap.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Universitas Terbuka
Arifathul. 2014. Pembelajaran Kelas
Rangkap http://pgsduho2013.blogspot.co.id/2014/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
diakses pada tanggal 10 September 2015 pukul 20.00 WIB
Barabai.
2014. Makalah Prinsip Didaktik Metodik dan Prosedur Dasar PKR http://blog-barabai.blogspot.co.id/2014/11/makalah-prinsip-didaktik-metodik-dan.html diakses pada tanggal 10 September 2015 pukul 20.00 WIB