Jumat, 27 Mei 2016

MAKALAH PEMBERIAN LAYANAN ABK DI SD


PEMBERIAN LAYANAN ABK DI SD
MAKALAH

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DOSEN PENGAMPU : SUKARJO





Oleh
1.    ANTONIUS TRISANTO TUKAN               ( 1401413639 )
2.    RISAL FAUZI                                                ( 1401413638 )

PPGT 2013

PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Selama ini cara pandang terhadap anak berkebutuhan khusus masih negatif, maka pemenuhan layanan anak berkebutuhan khusus juga belum dapat memperoleh hak yang sama dengan anak-anak lainnya. Sehubungan dengan itu, maka guru sebagai ujung tombak pendidikan formal perlu memberikan layanan secara optimal bagi semua siswa termasuk anak berkebutuhan khusus. Karena dalam jenjang sekolah umum, termasik sekolah dasar, terkadang ditemui siswa yang termasuk anak berkebutuhan khusus yang memerlukan perhatian dan layanan pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Sebab anak-anak tersebut tidak serta merta dapat dilayani kebutuhan belajarnya sebagaimana anak-anak normal pada umumnya.
            Guru di sekolah dasar diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan pada setiap anak berkebutuhan khusus. Namun masih banyak guru yang belum memahami tentang anak berkebutuhan khusus. Sehingga mereka tidak dapat memberikan layanan pendidikan yang optimal terhadap anak berkebutuhan khusus. Apalagi anak berkebutuhan khusus mencakup berbagai jenis dan derajat kelainan yang bervariasi. Padahal setiap anak memiliki keunikannya masing-masing yang berbeda dengan anak lainnya, dimana setiap anak perlu mendapatkan penanganan yang berbeda sesuai dengan karakternya.
            Makalah ini akan memaparkan langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan guru terhadap anak berkebutuhan khusus. Guru terlebih dahulu harus dapat menemukan siswa yang termasuk anak berkebutuhan khusus, untuk kemudian dapat mengambil tindakan yang tepat terhadap anak tersebut. Sehingga anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensinya seperti anak-anak lain untuk membekali hidupnya serta dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1    Bagaimanakah cara mengidentifikasi kebutuhan pendidikan anak berkebutuhan khusus?
1.2.2    Bagaimanakah pengembangan program pendidikan anak berkebutuhan khusus?
1.2.3    Bagaimanakah pelaksanaan pemberian layanan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus?
1.2.4    Bagaimanakah cara memberikan evaluasi pada anak berkebutuhan khusus?

1.3 Tujuan
1.3.1    Untuk mengetahui cara mengidentifikasi kebutuhan pendidikan anak berkebutuhan khusus
1.3.2    Untuk mengetahui pengembangan program pendidikan anak berkebutuhan khusus
1.3.3    Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian layanan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus
1.3.4    Untuk mengetahui cara memberikan evaluasi pada anak berkebutuhan khusus?



BAB II
PEMBAHASAN



2.1 Identifikasi Kebutuhan Pendidikan
Langkah awal dalam pemberian layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di sedolah dasar adalah melakukan identifikasi dan asesmen terhadap kebutuhan pendidikan dari siswa yang bersangkutan. Temukan terlebih dahulu anak-anak yang diduga mengalami kelainan atau berkebutuhan khusus, dengan beberapa teknik identifikasi dan asesmen yang telah saudara pelajari sebelumnya. Hal ini sangat penting untuk dilakukan, mengingat kebutuhan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sangatlah spesifik, dengan berbagai keunikan yang dimiliki. Melalui asesmen permasalahan-permasalahan pendidikan khusus yang dialami anak akan diketahui, dalam bidang apa, dan rentang persoalan yang dihadapinya.
Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam aspek berbahasa, tentu akan berbeda program dan strategi pelayanan dengan anak-anak memiliki permasalaham pada aspek matematika. Persoalan pendidikan yang dihadapi anak berkebutuhan banyak sekali ragamnya, yang secara umum berkenaan dengan membaca, menulis dan berhitung (3R, reading, writing, arithmetic). Namun secara lebih spesifik juga mencakup berbagai aspek seperti; aspek persepsi, visual dan auditori; mental; berbicara, kemampuan dan perkembangannya; analisis kata; memahami bacaan; mengeja; menulis; matematika, hitungan, penalaran, cerita; dan aktivitas motorik. Kondisi yang demikian secara spesifik perlu diidentifikasi dan dilakukan asesmen terlebih dahulu, untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya secara obyektif.
Untuk memperoleh informasi yang obyektif guna menentukan kebutuhan dan aspek persoalan khusus yang dihadapi siswa di sekolah dasar, dapat ditempuh langkah-langkah sebagaimana yang telah dibahas pada kajian identifikasi dan asesmen. Setidaknya dapat dilakukan dengan beberapa teknik yang dapat dilakukan guru di sekolah;
1.      Observasi, dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi umum dan perkembangan belajar seorang siswa di sekolah.
2.      Tes informal dan formal untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan-keterampilan bidang tertentu yang mampu atau belum mampu dilakukan oleh seorang siswa.
Dengan melakukan identifikasi dan asesmen terhadap siswa, guru akan dapat mengetahui dan menentukan kondisi permasalahan yang dihadapi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah. Langkah selanjutnya adalah merencanakan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya.

2.2 Pengembangan Program
Salah satu program pembelajaran yang dirancang untuk anak-anak berkebutuhan khusus adalah program pembelajaran individual, yaitu program yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu anak-anak berkebutuhan pendidikan khusus, baik untuk pendidikan jangka pendek atau jangka panjang. Istilah program pembelajaran individual (PPI), merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, The Individualized Educational Program (IEP), yang menurut Hallahan (1991:25) dalam persiapannya harus merumuskan tingkat kemampuan siswa saat ini, yang memiliki tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang. Sedang pmemberian layanan diberikan dengan menyusun rencana, aktivitas kegiatan dan melakukan evaluasi. Semua program yang dilakukan untuk anak berkebutuhan khusus tersebut haruslah memperoleh persetujuan dari orangtua murid.
Idealnya menurut Moh. Amin (1995:193) semua siswa berkebutuhan khusus yang berkelainan fisik dan/mental dilayani dengan PPI terutama diperuntukkan bagi murid berkelainan pada tingkat sedang dan berat. Hal ini sangat penting dilakukan karena kompleksnya pengembangan PPI itu sendiri. Mengenai program dan pelaksanaannya, amat penting adanya persetujuan dan kesepakatan dengan orangtua, yang menurut Hallahan (1991:30) menyangkut ketentuan-ketentuan;
(1)     tingkat kemampuan akademik siswa pada saat ini,
(2)     tujuan tahunan untuk setiap siswa,
(3)     hubungan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang,
(4)     hubungan antara pendidikan khusus dan pelayanan yang diberikan, serta memberikan kesempatan kepada tiap anak yang berhasil untuk turut serta dalam program pendidikan umum,
(5)     rencana untuk memulai layanan dan mengantisipasi lamanya pelayanan, dan
(6)     prosedur evaluasi untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan program.

Pengembangan PPI sesungguhnya tidak dapat dilakukan sendiri oleh seorang guru, tetapi harus ada koordinasi dengan berbagai fihak terkait di sekolah, Dinas pendidikan, komite, dan orangtua murid. Hal ini mengingat kompleksnya permasalahan yang ada, yang harus ditangani secara bersama-sama. Langkah awal yang harus dilakukan untuk penyelenggaraan program PPI adalah membentuk tim penyusun program, dengan kerja awal melakukan diskusi-diskusi dan menganalisis permasalahan yang dihadapi siswa, untuk selanjutnya dibuatkan program yang sesuai dengan kebutuhannya.
Proses pengembangan PPI dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa panduan prosedur teknis, yaitu;
1)      mendeskripsikan kompetensi siswa secara rinci pada saat sekarang dalam berbagai bidang pelajaran, misalnya dalam menulis apakah siswa sudah dapat membuat garis tebal/tipis, tegak bersambung, atau jangka pendek, secara khusus dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan, harus mencakup keterampilan funsional praktis bagi siswa, sesuai dengan perkembangan siswa, serta realistic
2)      menentukan teknik dan alat evaluasi untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai
3)      mengembangkan ranah kurikulum yang akan dibuat atau diprogramkan
4)      menetapkan strategi pembelajaran, sesuai dengan penekanan pada ranah kurikulumnya.

Dari beberapa prosedur pengembangan program pembelajaran individual sebagaimana dikemukakan di atas, tentunya para guru di sekolah dasar akan dapat mengembangkan suatu model program pembelajaran individual secara praktis, yang dapat dilakukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah masing-masing.
Berikut ini adalah contoh format untuk program pembelajaran individual bagi anak berkebutuhan khusus;



PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
Hari/Tgl/Bln/Thn         :
Nama Siswa                :
Alamat                                    :
Nama Sekolah             :
Kelas                           :
Bidang Kesulitan        :
Guru                            :
Kompetensi Siswa Saat Ini   :

Kompetensi Siswa yang Harus Dikuasai    :


No
Tujuan
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Media dan Sumber
Jenis Evaluasi
Peng. Jawab
Umum
Khusus


























 
Tentunya guru dapat mengembang-kan sesuai dengan kebutuhan, dan kepentingannya jangka pendek maupun jangka panjang. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan model pembelajaran individual, bahwa model haruslah mengandung beberapa unsur utama, yaitu
1.      adanya identitas siswa,
2.      tingkat kompetensi yang dimiliki siswa saat ini,
3.      tujuan jangka panjang dan jangka pendek,
4.      materi sesuai ranah kurukulumnya,
5.      strategi pembelajaran yang ditetapkan, dan
6.      jenis dan alat evaluasi untuk mengukur kemajuan yang dicapai.

2.3 Pelaksanaan
Setelah program pembelajaran dibuat, selanjutnya adalah implementasinya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini, guru harus mempertimbangkan berbagai aspek dalam pelaksanaannya, yang memungkinkan program dapat berjalan secara efektif. Selain itu, perlu pula dipersiapkan beberapa hal penting yang terkait dengan program, diantaranya:
1.      Mencermati tujuan dan sasaran program yang akan dicapai, baik secara umum ataupun khusus berkenaan dengan pembelajaran baik anak berkebutuhan khusus di sekolah.
2.      Materi dan lembar kegiatan, yang diperlukan selama pelaksanaan program berlangsung di sekolah. Materi pembelajaran merupakan bagian penting yang harus dipersiapkan, dengan memperhatikan kompetensi yang akan dicapai, serta struktur dan ranah kurikulum yang dikembangkan.
3.      Fasilitas dan sumber belajar, yaitu berupa media atau ruang sumber untuk kegiatan pembelajaran. Media haruslah dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan, dan harus dibuat secara kreatif sesuai dengan karakateristik kebutuhan siswa, misalnya untuk penyandang tunarungu media yang berwarna-warni akan lebih menarik bagi anak yang mengandalkan persepsi visualnya. Sedang ruang sumber merupakan satu kebutuhan pembelajaran untuk anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah umum (SD), yang dapat dijadikan tempat layanan pendidikan khusus.
4.      Kalender pembelajaran. Selain memperhatikan kalender pendidikan secara umum secara nasional dan tingkat daerah, kalender pelaksanaan program pembelajaran individual dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi lingkungan sekolah masing-masing. Kegiatan dapat dilakukan pada siang hari, atau pada waktu-waktu luang yang memungkinkan program dapat berlangsung. Mungkin tidak harus tiap hari dilakukan, tetapi hanya dua atau tiga hari dalam seminggu, pada hari-hari tertentu saja.
5.      Sebelum pelaksanaan program dilakukan, maka perlu terlebih dahulu dilakukan rapat koordinasi tim yang melibatkan berbagai unsur sekolah, komite, dan orangtua siswa yang bersangkutan. Ini dilakukan terutama untuk persiapan dan penentuan agenda kegiatan program.

Wadani (2002) menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan program, berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program perlu dipersiapkan. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut.
1.    Jadwal pelaksanaan harus dipersiapkan sesuai dengan rencana pada PPI.
2.    Materi pelajaran dan media yang akan digunakan harus dipersiapkan secara tuntas.
3.    Pemberitahuan kepada orang tua harus dilakukan sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai.
4.    Jika guru akan dibantu oleh anggota tim lain, misalnya guru lain, tim harus menetapkan langkah-langkah pelaksanaan dan peran masing-masing anggota tim. Dengan cara ini setiap anggota tim akan menyadari tugasnya sendiri dan tugas anggota tim lainnya.

Dengan mempersiapkan pelaksanaan program dengan sebaik-baiknya, maka kompetensi yang diharapkan untuk mengatasi kesulitan akan lebih mudah dicapai. Selama kegiatan berlangsung, guru bukan hanya berperan sebagai pengajar, lebih dari itu adalah sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan program. Kegiatan juga harus dimonitor dan dievaluasi setiap saat untuk melihat perkembangan atau kemajuan yang dicapai siswa, melalui observasi ataupun tes. Secara periodic dapat dilakukan tes informal guna memberikan umpan balikan dalam pelaksanaan program yang lebih baik.

2.4 Evaluasi
Evaluasi diberikan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran atau dalam periode waktu tertentu dalam bentuk tes informal maupun tes formal. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat kemajuan dan prestasi belajar yang telah dicapai siswa. Jenisnya berupa tes tertulis, lisan ataupun perbuatan yang merupakan rangkaian penyelesaian tugas-tugas pembelajaran yang disampaiakan dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya evaluasi dapat dilakukan dengan portofolio, melalui serangkaian kegiatan atau tugas-tugas yang telah dilakukan atau dibuat siswa. Aktivitas atau pekerjaan anak selama kegiatan pembelajaran yang mencerminkan performans anak selama kegiatan menjadi dasar penilaian.
Program yang telah dilaksanakan haruslah dinilai keefektifannya. Keefektifan pelaksanaan suatu program dapat dinilai melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi atau penilaian diberikan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran atau dalam periode waktu tertentu dalam bentuk tes informal maupun tes formal.
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat kemajuan dan prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa. Jenisnya dapat berupa tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan yang merupakan rangkaian penyelesaian tugas-tugas pembelajaran yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian harus didasarkan pada hasil observasi atau catatan setiap latihan dan hasil tes yang dilaksanakan. Untuk anak-anak berkebutuhan khusus, evaluasi dapat dilakukan dengan portofolio melalui serangkaian kegiatan atau tugas-tugas yang telah dilakukan atau dibuat oleh siswa. Aktivitas atau pekerjaan siswa selama kegiatan pembelajaran yang mencerminkan performans siswa selama kegiatan menjadi dasar penilaian.
Hasil tes akhir selanjutnya dibandingkan dengan tujuan yang harus dikuasai. Apabila tujuan tersebut belum dapat dikuasai, maka setiap komponen program harus dinilai sumbangannya terhadap pencapaian tujuan tersebut. Guru harus melihat kembali berbagai kemungkinan yang dapat menyebabkan belum tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Kemungkinan penilaian atau pertimbangan yang dapat dilakukan untuk setiap komponen program antara lain adalah sebagai berikut.
1.          Kemungkinan tujuan yang ditetapkan terlalu tinggi.
2.          Kemungkinan materi yang disiapkan kurang menarik atau kurang relevan dengan tujuan yang akan dicapai.
3.          Kemungkinan kesesuaian antara latihan atau kegiatan belajar dengan kemampuan siswa terlalu berat.
4.          Kemungkinan tes diberikan tidak sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Dengan mengajukan pertimbangan seperti di atas dan menelaah hasil obseravasi dan catatan pada setiap penelitian, kita dapat menetapkan keefektivan program. Sebenarnya, apabila pada akhir setiap latihan hasil observasi dan catatan guru dimanfaatkan guru untuk memperbaikai latihan, maka keefektivan program sudah dinilai sejak awal dan sudah dilakukan perbaikan langsung.
Perbaikan langsung yang dilakukan tersebut tentu mencakup materi dan media yang digunakan, kegiatan pembelajaran, seperti jenis dan frekuensi latihan yang diberikan, serta perbaikan suasana latihan. Perbaikan langsung ini jauh lebih baik daripada penilaian yang hanya dilakukan pada akhir program. Dan pada akhirnya yang harus dilakukan adalah melaporkan hasil pelayanan program tersebut kepada anggota tim dan orang tua siswa.




BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang unik, dengan berbagai ragam permasalahan belajar yang dihadapi di sekolah. Untuk mengobtimalkan potensinya, maka perlu dirancang program khusus yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan masing-masing individu, yang mungkin selama ini masih mengikuti program umum di sekolahnya.
Program pembelajaran individual (PPI) merupakan salah satu program yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu anak-anak berkebutuhan pendidikan khusus, baik untuk pendidikan jangka pendek atau jangka panjang Langkah awal untuk mengembangkan program pembelajaran individu adalah dengan melakukan identifikasi dan asesmen untuk mengetahui kompetensi dan bidang kesulitan yang dialami oleh seorang anak. Informasi tersebut sangat diperlukan, terutama untuk dapat memberikan layanan pendidikan yang sesuai.
Pelaksanaan program dilakukan dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan tim, dan mempersiapkan materi dan lembar kegiatan, fasilitas dan sumber, serta kalender akademik yang akan digunakan. Selama pelaksanaan, kegiatan harus selalu dipantau dan dievaluasi untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai siswa.

3.2 Saran
            Sebagai seorang calon guru, kita sebaiknya memahami makalah mengenai pemberian layanan pendidikan ABK dengai baik. Hal ini bertujuan agar jika nantinya kita menemukan anak berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran, maka kita mampu memberikan layanan yang tepat dan sesuai dengan jenis kebutuhan khusus yang dialaminya, sehingga dia dapat mengembangkan potensi dalam dirinya.



DAFTAR PUSTAKA

Suparno, dkk. 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Anonim. 2013. Makalah Layanan Pendidikan ABK di Sekolah Dasar. http://kampungwolle.blogspot.co.id/2013/06/layanan-pendidikan-abk-di-sekolah-dasar.html . Diakses pada 12 Oktober 2015 pukul 16.00
Siti Rohmaniyah. 2014. Makalah Pemberian Layan Pendidikan Bagi ABK. http://sitirohmaniyah-nia.blogspot.co.id/2014/06/pemberian-layanan-pendidikan-bagi-anak.html . Diakses pada 12 Oktober 2015 pukul 16.00



1 komentar: