PEMBERIAN
LAYANAN ABK DI SD
MAKALAH
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENDIDIKAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DOSEN PENGAMPU : SUKARJO
Oleh
1.
ANTONIUS TRISANTO TUKAN (
1401413639 )
2.
RISAL FAUZI (
1401413638 )
PPGT 2013
PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Selama ini cara pandang terhadap anak berkebutuhan khusus masih negatif,
maka pemenuhan layanan anak berkebutuhan khusus juga belum dapat memperoleh hak
yang sama dengan anak-anak lainnya. Sehubungan dengan itu, maka guru sebagai
ujung tombak pendidikan formal perlu memberikan layanan secara optimal bagi
semua siswa termasuk anak berkebutuhan khusus. Karena dalam jenjang sekolah
umum, termasik sekolah dasar, terkadang ditemui siswa yang termasuk anak
berkebutuhan khusus yang memerlukan perhatian dan layanan pendidikan yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Sebab anak-anak tersebut tidak serta
merta dapat dilayani kebutuhan belajarnya sebagaimana anak-anak normal pada
umumnya.
Guru di sekolah dasar diharapkan mampu
memberikan layanan pendidikan pada setiap anak berkebutuhan khusus. Namun masih
banyak guru yang belum memahami tentang anak berkebutuhan khusus. Sehingga
mereka tidak dapat memberikan layanan pendidikan yang optimal terhadap anak
berkebutuhan khusus. Apalagi anak berkebutuhan khusus mencakup berbagai jenis
dan derajat kelainan yang bervariasi. Padahal setiap anak memiliki keunikannya
masing-masing yang berbeda dengan anak lainnya, dimana setiap anak perlu
mendapatkan penanganan yang berbeda sesuai dengan karakternya.
Makalah ini akan memaparkan
langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan guru terhadap anak
berkebutuhan khusus. Guru terlebih dahulu harus dapat menemukan siswa yang termasuk
anak berkebutuhan khusus, untuk kemudian dapat mengambil tindakan yang tepat
terhadap anak tersebut. Sehingga anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan
potensinya seperti anak-anak lain untuk membekali hidupnya serta dapat
bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungannya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1 Bagaimanakah
cara mengidentifikasi kebutuhan pendidikan anak berkebutuhan khusus?
1.2.2 Bagaimanakah
pengembangan program pendidikan anak berkebutuhan khusus?
1.2.3 Bagaimanakah
pelaksanaan pemberian layanan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus?
1.2.4 Bagaimanakah
cara memberikan evaluasi pada anak berkebutuhan khusus?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk
mengetahui cara mengidentifikasi kebutuhan pendidikan anak berkebutuhan khusus
1.3.2 Untuk
mengetahui pengembangan program pendidikan anak berkebutuhan khusus
1.3.3 Untuk
mengetahui pelaksanaan pemberian layanan pendidikan pada anak berkebutuhan
khusus
1.3.4 Untuk
mengetahui cara memberikan evaluasi pada anak berkebutuhan khusus?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Identifikasi Kebutuhan Pendidikan
Langkah awal dalam pemberian layanan pendidikan anak
berkebutuhan khusus di sedolah dasar adalah melakukan identifikasi dan asesmen
terhadap kebutuhan pendidikan dari siswa yang bersangkutan. Temukan terlebih
dahulu anak-anak yang diduga mengalami kelainan atau berkebutuhan khusus,
dengan beberapa teknik identifikasi dan asesmen yang telah saudara pelajari
sebelumnya. Hal ini sangat penting untuk dilakukan, mengingat kebutuhan layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sangatlah spesifik, dengan berbagai
keunikan yang dimiliki. Melalui asesmen permasalahan-permasalahan pendidikan
khusus yang dialami anak akan diketahui, dalam bidang apa, dan rentang
persoalan yang dihadapinya.
Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam aspek berbahasa,
tentu akan berbeda program dan strategi pelayanan dengan anak-anak memiliki
permasalaham pada aspek matematika. Persoalan pendidikan yang dihadapi anak
berkebutuhan banyak sekali ragamnya, yang secara umum berkenaan dengan membaca,
menulis dan berhitung (3R, reading, writing, arithmetic). Namun secara
lebih spesifik juga mencakup berbagai aspek seperti; aspek persepsi, visual dan
auditori; mental; berbicara, kemampuan dan perkembangannya; analisis kata;
memahami bacaan; mengeja; menulis; matematika, hitungan, penalaran, cerita; dan
aktivitas motorik. Kondisi yang demikian secara spesifik perlu diidentifikasi
dan dilakukan asesmen terlebih dahulu, untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya
secara obyektif.
Untuk memperoleh informasi yang obyektif guna menentukan
kebutuhan dan aspek persoalan khusus yang dihadapi siswa di sekolah dasar,
dapat ditempuh langkah-langkah sebagaimana yang telah dibahas pada kajian
identifikasi dan asesmen. Setidaknya dapat dilakukan dengan beberapa teknik
yang dapat dilakukan guru di sekolah;
1. Observasi,
dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi umum dan perkembangan
belajar seorang siswa di sekolah.
2. Tes
informal dan formal untuk memperoleh informasi mengenai
keterampilan-keterampilan bidang tertentu yang mampu atau belum mampu dilakukan
oleh seorang siswa.
Dengan melakukan identifikasi dan asesmen terhadap siswa, guru
akan dapat mengetahui dan menentukan kondisi permasalahan yang dihadapi
anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah. Langkah selanjutnya adalah
merencanakan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya.
2.2 Pengembangan
Program
Salah satu program pembelajaran yang dirancang untuk anak-anak
berkebutuhan khusus adalah program pembelajaran individual, yaitu program yang
disusun sesuai dengan kebutuhan individu anak-anak berkebutuhan pendidikan
khusus, baik untuk pendidikan jangka pendek atau jangka panjang. Istilah
program pembelajaran individual (PPI), merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris, The Individualized Educational Program (IEP), yang menurut
Hallahan (1991:25) dalam persiapannya harus merumuskan tingkat kemampuan siswa
saat ini, yang memiliki tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang. Sedang
pmemberian layanan diberikan dengan menyusun rencana, aktivitas kegiatan dan
melakukan evaluasi. Semua program yang dilakukan untuk anak berkebutuhan khusus
tersebut haruslah memperoleh persetujuan dari orangtua murid.
Idealnya menurut Moh. Amin (1995:193) semua siswa berkebutuhan
khusus yang berkelainan fisik dan/mental dilayani dengan PPI terutama
diperuntukkan bagi murid berkelainan pada tingkat sedang dan berat. Hal ini
sangat penting dilakukan karena kompleksnya pengembangan PPI itu sendiri.
Mengenai program dan pelaksanaannya, amat penting adanya persetujuan dan
kesepakatan dengan orangtua, yang menurut Hallahan (1991:30) menyangkut
ketentuan-ketentuan;
(1) tingkat kemampuan akademik
siswa pada saat ini,
(2) tujuan tahunan untuk
setiap siswa,
(3) hubungan antara
tujuan jangka pendek dan jangka panjang,
(4) hubungan antara
pendidikan khusus dan pelayanan yang diberikan, serta memberikan kesempatan
kepada tiap anak yang berhasil untuk turut serta dalam program pendidikan umum,
(5) rencana untuk memulai
layanan dan mengantisipasi lamanya pelayanan, dan
(6) prosedur evaluasi
untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan program.
Pengembangan PPI sesungguhnya tidak dapat dilakukan sendiri oleh
seorang guru, tetapi harus ada koordinasi dengan berbagai fihak terkait di
sekolah, Dinas pendidikan, komite, dan orangtua murid. Hal ini mengingat
kompleksnya permasalahan yang ada, yang harus ditangani secara bersama-sama.
Langkah awal yang harus dilakukan untuk penyelenggaraan program PPI adalah
membentuk tim penyusun program, dengan kerja awal melakukan diskusi-diskusi dan
menganalisis permasalahan yang dihadapi siswa, untuk selanjutnya dibuatkan
program yang sesuai dengan kebutuhannya.
Proses pengembangan PPI dapat dilakukan dengan mengikuti
beberapa panduan prosedur teknis, yaitu;
1) mendeskripsikan
kompetensi siswa secara rinci pada saat sekarang dalam berbagai bidang
pelajaran, misalnya dalam menulis apakah siswa sudah dapat membuat garis
tebal/tipis, tegak bersambung, atau jangka pendek, secara khusus dalam kegiatan
pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan,
harus mencakup keterampilan funsional praktis bagi siswa, sesuai dengan
perkembangan siswa, serta realistic
2) menentukan
teknik dan alat evaluasi untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai
3) mengembangkan
ranah kurikulum yang akan dibuat atau diprogramkan
4) menetapkan
strategi pembelajaran, sesuai dengan penekanan pada ranah kurikulumnya.
Dari beberapa prosedur pengembangan program pembelajaran
individual sebagaimana dikemukakan di atas, tentunya para guru di sekolah dasar
akan dapat mengembangkan suatu model program pembelajaran individual secara
praktis, yang dapat dilakukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan pendidikan
anak-anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah masing-masing.
Berikut ini adalah contoh format untuk program pembelajaran
individual bagi anak berkebutuhan khusus;
PROGRAM
PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
Hari/Tgl/Bln/Thn :
Nama
Siswa :
Alamat :
Nama
Sekolah :
Kelas :
Bidang
Kesulitan :
Guru :
Kompetensi Siswa Saat Ini :
Kompetensi Siswa yang Harus Dikuasai :
|
Tentunya guru dapat mengembang-kan sesuai dengan kebutuhan, dan
kepentingannya jangka pendek maupun jangka panjang. Satu hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan model pembelajaran individual, bahwa model
haruslah mengandung beberapa unsur utama, yaitu
1.
adanya identitas siswa,
2.
tingkat kompetensi yang
dimiliki siswa saat ini,
3.
tujuan jangka panjang dan
jangka pendek,
4.
materi sesuai ranah
kurukulumnya,
5.
strategi pembelajaran yang
ditetapkan, dan
6.
jenis dan alat evaluasi
untuk mengukur kemajuan yang dicapai.
2.3 Pelaksanaan
Setelah program pembelajaran dibuat, selanjutnya adalah
implementasinya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini, guru
harus mempertimbangkan berbagai aspek dalam pelaksanaannya, yang memungkinkan
program dapat berjalan secara efektif. Selain itu, perlu pula dipersiapkan
beberapa hal penting yang terkait dengan program, diantaranya:
1.
Mencermati tujuan dan
sasaran program yang akan dicapai, baik secara umum ataupun khusus berkenaan
dengan pembelajaran baik anak berkebutuhan khusus di sekolah.
2.
Materi dan lembar kegiatan,
yang diperlukan selama pelaksanaan program berlangsung di sekolah. Materi
pembelajaran merupakan bagian penting yang harus dipersiapkan, dengan
memperhatikan kompetensi yang akan dicapai, serta struktur dan ranah kurikulum
yang dikembangkan.
3.
Fasilitas dan sumber
belajar, yaitu berupa media atau ruang sumber untuk kegiatan pembelajaran.
Media haruslah dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mendukung pencapaian
tujuan, dan harus dibuat secara kreatif sesuai dengan karakateristik kebutuhan
siswa, misalnya untuk penyandang tunarungu media yang berwarna-warni akan lebih
menarik bagi anak yang mengandalkan persepsi visualnya. Sedang ruang sumber
merupakan satu kebutuhan pembelajaran untuk anak-anak berkebutuhan khusus di
sekolah umum (SD), yang dapat dijadikan tempat layanan pendidikan khusus.
4.
Kalender pembelajaran.
Selain memperhatikan kalender pendidikan secara umum secara nasional dan
tingkat daerah, kalender pelaksanaan program pembelajaran individual dapat
dikembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi lingkungan sekolah masing-masing.
Kegiatan dapat dilakukan pada siang hari, atau pada waktu-waktu luang yang
memungkinkan program dapat berlangsung. Mungkin tidak harus tiap hari
dilakukan, tetapi hanya dua atau tiga hari dalam seminggu, pada hari-hari
tertentu saja.
5.
Sebelum pelaksanaan program
dilakukan, maka perlu terlebih dahulu dilakukan rapat koordinasi tim yang
melibatkan berbagai unsur sekolah, komite, dan orangtua siswa yang
bersangkutan. Ini dilakukan terutama untuk persiapan dan penentuan agenda
kegiatan program.
Wadani
(2002) menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan program, berbagai hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan program perlu dipersiapkan. Hal-hal tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Jadwal pelaksanaan harus dipersiapkan sesuai dengan rencana pada PPI.
2. Materi pelajaran dan media yang akan digunakan harus dipersiapkan secara
tuntas.
3. Pemberitahuan kepada orang tua harus dilakukan sebelum kegiatan pelaksanaan
dimulai.
4. Jika guru akan dibantu oleh anggota tim lain, misalnya guru lain, tim harus
menetapkan langkah-langkah pelaksanaan dan peran masing-masing anggota tim.
Dengan cara ini setiap anggota tim akan menyadari tugasnya sendiri dan tugas
anggota tim lainnya.
Dengan mempersiapkan pelaksanaan program dengan sebaik-baiknya,
maka kompetensi yang diharapkan untuk mengatasi kesulitan akan lebih mudah
dicapai. Selama kegiatan berlangsung, guru bukan hanya berperan sebagai
pengajar, lebih dari itu adalah sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan
program. Kegiatan juga harus dimonitor dan dievaluasi setiap saat untuk melihat
perkembangan atau kemajuan yang dicapai siswa, melalui observasi ataupun tes.
Secara periodic dapat dilakukan tes informal guna memberikan umpan balikan
dalam pelaksanaan program yang lebih baik.
2.4 Evaluasi
Evaluasi diberikan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran atau
dalam periode waktu tertentu dalam bentuk tes informal maupun tes formal. Hal
ini dilakukan untuk mengukur tingkat kemajuan dan prestasi belajar yang telah
dicapai siswa. Jenisnya berupa tes tertulis, lisan ataupun perbuatan yang
merupakan rangkaian penyelesaian tugas-tugas pembelajaran yang disampaiakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk
anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya evaluasi dapat dilakukan dengan
portofolio, melalui serangkaian kegiatan atau tugas-tugas yang telah dilakukan
atau dibuat siswa. Aktivitas atau pekerjaan anak selama kegiatan pembelajaran
yang mencerminkan performans anak selama kegiatan menjadi dasar penilaian.
Program yang telah dilaksanakan haruslah dinilai keefektifannya. Keefektifan
pelaksanaan suatu program dapat dinilai melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi
atau penilaian diberikan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran atau dalam
periode waktu tertentu dalam bentuk tes informal maupun tes formal.
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat kemajuan dan prestasi belajar
yang telah dicapai oleh siswa. Jenisnya dapat berupa tes tertulis, tes lisan,
maupun tes perbuatan yang merupakan rangkaian penyelesaian tugas-tugas pembelajaran
yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian harus didasarkan pada hasil observasi atau catatan setiap latihan
dan hasil tes yang dilaksanakan. Untuk anak-anak berkebutuhan khusus, evaluasi
dapat dilakukan dengan portofolio melalui serangkaian kegiatan atau tugas-tugas
yang telah dilakukan atau dibuat oleh siswa. Aktivitas atau pekerjaan siswa
selama kegiatan pembelajaran yang mencerminkan performans siswa selama kegiatan
menjadi dasar penilaian.
Hasil tes akhir selanjutnya dibandingkan dengan tujuan yang harus dikuasai.
Apabila tujuan tersebut belum dapat dikuasai, maka setiap komponen program
harus dinilai sumbangannya terhadap pencapaian tujuan tersebut. Guru harus
melihat kembali berbagai kemungkinan yang dapat menyebabkan belum tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.
Kemungkinan penilaian atau pertimbangan yang dapat dilakukan untuk setiap
komponen program antara lain adalah sebagai berikut.
1.
Kemungkinan
tujuan yang ditetapkan terlalu tinggi.
2.
Kemungkinan
materi yang disiapkan kurang menarik atau kurang relevan dengan tujuan yang
akan dicapai.
3.
Kemungkinan
kesesuaian antara latihan atau kegiatan belajar dengan kemampuan siswa terlalu
berat.
4.
Kemungkinan
tes diberikan tidak sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Dengan
mengajukan pertimbangan seperti di atas dan menelaah hasil obseravasi dan
catatan pada setiap penelitian, kita dapat menetapkan keefektivan program.
Sebenarnya, apabila pada akhir setiap latihan hasil observasi dan catatan guru
dimanfaatkan guru untuk memperbaikai latihan, maka keefektivan program sudah
dinilai sejak awal dan sudah dilakukan perbaikan langsung.
Perbaikan
langsung yang dilakukan tersebut tentu mencakup materi dan media yang
digunakan, kegiatan pembelajaran, seperti jenis dan frekuensi latihan yang
diberikan, serta perbaikan suasana latihan. Perbaikan langsung ini jauh lebih
baik daripada penilaian yang hanya dilakukan pada akhir program. Dan pada
akhirnya yang harus dilakukan adalah melaporkan hasil pelayanan program tersebut
kepada anggota tim dan orang tua siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang unik, dengan
berbagai ragam permasalahan belajar yang dihadapi di sekolah. Untuk
mengobtimalkan potensinya, maka perlu dirancang program khusus yang sesuai
dengan kebutuhan pendidikan masing-masing individu, yang mungkin selama ini
masih mengikuti program umum di sekolahnya.
Program pembelajaran individual (PPI) merupakan salah satu program
yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu anak-anak berkebutuhan pendidikan
khusus, baik untuk pendidikan jangka pendek atau jangka panjang Langkah awal
untuk mengembangkan program pembelajaran individu adalah dengan melakukan
identifikasi dan asesmen untuk mengetahui kompetensi dan bidang kesulitan yang
dialami oleh seorang anak. Informasi tersebut sangat diperlukan, terutama untuk
dapat memberikan layanan pendidikan yang sesuai.
Pelaksanaan program dilakukan dengan terlebih dahulu berkoordinasi
dengan tim, dan mempersiapkan materi dan lembar kegiatan, fasilitas dan sumber,
serta kalender akademik yang akan digunakan. Selama pelaksanaan, kegiatan
harus selalu dipantau dan dievaluasi untuk melihat perkembangan dan kemajuan
yang telah dicapai siswa.
3.2
Saran
Sebagai seorang calon guru, kita
sebaiknya memahami makalah mengenai pemberian layanan pendidikan ABK dengai
baik. Hal ini bertujuan agar jika nantinya kita menemukan anak berkebutuhan
khusus dalam proses pembelajaran, maka kita mampu memberikan layanan yang tepat
dan sesuai dengan jenis kebutuhan khusus yang dialaminya, sehingga dia dapat
mengembangkan potensi dalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Suparno, dkk. 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Anonim. 2013. Makalah Layanan Pendidikan
ABK di Sekolah Dasar. http://kampungwolle.blogspot.co.id/2013/06/layanan-pendidikan-abk-di-sekolah-dasar.html
. Diakses pada 12 Oktober 2015 pukul 16.00
Siti Rohmaniyah. 2014. Makalah Pemberian
Layan Pendidikan Bagi ABK. http://sitirohmaniyah-nia.blogspot.co.id/2014/06/pemberian-layanan-pendidikan-bagi-anak.html
. Diakses pada 12 Oktober 2015 pukul 16.00
terima kasih, sangat membantu
BalasHapus