Jumat, 27 Mei 2016

MAKALAH PRINSIP DIDAKTIK-METODIK DAN PROSEDUR DASAR PKR


PRINSIP DIDAKTIK-METODIK
DAN PROSEDUR DASAR PKR

MAKALAH

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

DOSEN PENGAMPU : Drs. JAINO, M.Pd


Oleh
1.    ANTONIUS TRISANTO TUKAN               ( 1401413639 )
2.    RASMINI                                                       ( 1401413606 )
3.    LOUNIKE WELNA LETLORA                  ( 1401413625 )


PPGT 2013
PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru SD. Guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua murid merasa mendapat perhatian  dari guru secara terus-menerus. Agar mampu melakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai teknik.  Menghadapi dua kelas atau lebih  pada saat yang bersamaan dan kemudian  mampu meyakinkan murid bahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan pekerjaan yang mudah.
Guru harus mampu melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat. Tindakan instruksional adalah  tindakan yang langsung  berkaitan dengan penyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan atau member tugas dan mengajukan pertanyaan. Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan dengan  penciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal.. Misalnya menunjukkan sikap tanggap dana peka, mengatur tempat dudk, member petunjuk yang jelas, atau menegur siswa.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran PKR ada beberapa prinsip yang harus di pelajari oleh calon guru. salah satu dari prinsip-prinsip tersebut adalah Prinsip Didaktik-Metodik dan Prosedu Dasar PKR

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan prinsip didaktik-metodik dan prosedural dasar PKR?
1.2.2 Bagaimanakah cara membuka dan menutup pembelajaran?
1.2.3 Bagaimanakah mendorong belajar aktif dan membiasakan belajar mandiri?
1.2.4 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelola kelas PKR?


1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk dapat mengetahui tentang prinsip didaktik-metodik dan prosedural dasar PKR
1.3.2 Untuk dapat mengetahui cara membuka dan menutup pembelajaran
1.3.3 Untuk dapat mengetahui mendorong belajar aktif dan membiasakan belajar mandiri
1.3.4 Untuk dapat mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelola kelas PKR





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Didaktik-Metodik dan Prosedur Dasar PKR
Didaktik berasal dari bahasa latin didasco/didascein yang berarti “saya mengajar”, secara popular diartikan sebagai ilmu mengajar atau pengetahuan tentang bagaimana mengajar. Metodik juga berasal dari bahasa latin yang artinya metodos atau “jalan ke”, dan secara popular diartian sebagai cara atau strategi mengajar.
Cara atau strategi mengajar pada dasarnya berkenaan dengan penataan urutan kegiatan pembelajaran. Secara operasional dapat dirinci menjadi bagaimana membuka pembelajaran, mengisi kegiatan inti pembelajaran dan mengakhiri pembelajaran. Sementara itu ilmu mengajar atau didaktik berkenaan dengan bagaimana menerapkan teori dan konsep psikologis, sosiologis, komunikasi dan dari ilmu lain yang sesuai dalam upaya membimbing dan menciptakan situasi belajar. Jadi, didaktik sebenarnya merupakan ilmu terapan atau ilmu pendidikan praktis.
Dengan menggunakan konsep didaktik dan metodik seperti diuraikan, maka yang dimaksud dengan prinsip-prinsip didaktik-metodik dan prosedur dasar pembelajaran kelas rangkap adalah:
1.      Konsep-konsep pembelajaran yang relevan dan perlu diterapkan dalam PKR sehingga membentuk suatu sistem.
2.      Keterampilan prosedural pembelajaran, khususnya berkenaan dengan membuka dan menutup pembelajaran, mendorong belajar aktif dan belajar mandiri, dan mengelola kelas PKR.

2.2 Membuka dan Menutup Pembelajaran
Sebagai seorang guru, tidak asing lagi dengan kegiatan membuka dan mengakhiri pelajaran. Karena kedua kegiatan itu dilakukan setiap kali mengajar. Namun setiap guru mempunyai kebiasaan atau cara yang berbeda dengan guru lainnya. Hal ini dikarenakan mengajar memiliki sisi keilmuan dan sisi kiat atau seni. Dan yang membedakan perilaku mengajar guru adalah dalam hal seni atau kiatnya.
Seni atau kiat mengajar itu berkenaan dengan bagaimana guru menciptakan interaksi
belajar-mengajar yang berhasi, menarik dan menyenangkan. Sedangkan dari sisi keilmuan berkenaan dengan penalaran guru mengenai apa, mengapa, dan bagaimana membelajarkan murid. Dimana hal ini mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta intelektual guru yang memadai. Dalam praktik mengajar, sisi keilmuan dan kiat mengajar harus terpadu dan, harus saling mengisi. Hal ini berarti bahwa mengajar harus dapat diwujutkan dalam praktik dengan baik, dan cara mengajarpun dilandasi oleh prinsip-prinsip keilmuan mengajar. Meskipun kenyataan di lapangan juga tergantung dari kualitas kepribadian guru.
Setiap guru PKR harus menguasai prinsip-prinsip keilmuan mengajar dan memiliki kiat mengajar dibandingkan dengan guru SD lainnya. Oleh karena itu, disamping memiliki ilmu dan kiat mengajar secara umum, juga harus memiliki ilmu dan kiat mengajar yang lebih khusus. Berikut ulasan tentang  bagaimana membuka dan mengakhiri pelajaran dalam situasi pembelajaran kelas rangkap (PKR).

2.2.1 Membuka Pelajaran
Perhatikan contoh bagaimana seorang guru SD membuka pelajaran dalam PKR 321 berikut.
Guru    : Selamat pagi anak-anak!
Murid  : Secara serempak, selamat pagi bu guru!
Guru    : -  Coba perhatikan, kelas III, kelas IV, dan juga kelasV.
-  Hari ini kelas III dan kelas IV belajar IPS dan kelas V Bhs Indonesia.
- Kelas V membuat karangan bebas, kelas IV menggambar peta kabupaten, dan    kelas III mencari nama-nama kota kecamatan di kabupaten.

Dalam membuka pelajaran ada empat hal pokok yang harus dilakukan oleh guru yaitu:
1)   Menarik perhatian murid
Mengajar murid dalam PKR memerlukan perhatian khusus, karena guru akan berhadapan dengan kelompok murid lebih dari satu kelas pada saat bersamaan. Pada awal pelajaran sebaiknya semua kelas menjadi satu. Gunakan ruangan yang cukup atau di luar kelas. Bila PKR dilaksanakan dalam satu ruangan, setelah pembukaan guru tinggal meneruskan mengatur penempatan murid tiap kelas dalam ruangan itu. Tetapi bila PKR dilaksanakan lebih dari satu ruangan, maka setelah pembukaan murid dapat menuju ruangan kelasnya masing-masing untuk meneruskan pelajaran. Sedapat mungkin hindari melakukan pembukaan pelajaran secara bergilir, sebab hal ini dapat mengakibatkan lamanya waktu tunggu di kelas-kelas berikutnya. Dan bila hal itu terjadi maka waktu belajar murid di ruang lain menjadi berkurang.
Berikut adalah berbagai cara menarik perhatian murid saat membuka pembelajaran.
·         Memperlihatkan benda, alat, gambar yang berhubungan dengan materi pelajaran.
·         Memberikan salam dan aba-aba perhatian.
·         Membunyikan sesuatu, misalnya peluit.

2)   Menimbulkan Motivasi
Motivasi belajar sangat penting dimiliki oleh setiap murid dalam belajar. Bagamana guru dapat mendorong murid untuk mampu dan terbiasa dalam belajar juga sangat penting. Motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam diri murid dan dari luar diri murid untuk mengalami perubahan perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Motivasi yang berasal dari diri murid disebut motivasi instrinsik, misalnya kemauan, kebutuhan, semangat, rasa senang dan sebagainya. Motivasi yang berasal dari luar diri murid disebut motivasi ekstrinsik, misalnya guru dan apa saja yang dilakukan guru untuk membuat murid mau, mampu dan biasa belajar, bahkan lingkungan belajar, kelas, bahan, sumber belajar dan sebagainya. Motivasi belajar instrinsik dan ekstrinsik harus ditimbulkan secara terpadu.
Dengan demikian kedua motivasi tersebut menjadikan energi atau daya yang dapat menggerakkan murid untuk belajar, yaitu mengalami perubahan perilaku. Ada empat cara yang dapat dilakukani guru PKR dalam menimbulkan motivasi yaitu:
a)      Menunjukkan kehangatan dan semangat
Kehangatan seorang guru terhadap muridnya nampak pada penampilannya yang ceria dan bersahabat, tidak angker dan tidak menakutkan. Adanya perhatian yang penuh dengan kesungguhan dan ketulusan, tidak memberi kesan asal-asalan dan terpaksa. Semangat atau keantusiasan guru dalam menghadapi muridnya nampak dari bagaimana santun bahasanya yang akrab. Bersemangat atau ada gairah dalam melakukan tugasnya sebagai guru.
b)   Menimbulkan sara ingin tahu.
Rasa ingin tahu murid tampak dari adanya perhatian murid pada saat guru berbicara atau bertanya terhadap materi dan kaitan materi yang sedang dipelajari. Untuk dapat menimbulkan rasa ingin tahu guru harus berefikir dan berbicara secara logis dan sistimatis. Misalnya bila guru akan mengajarkan konsep makanan yang bergizi, maka guru akan bertanya pada murid sebagai berikut “ Anak-anak dapatkah kamu menyebutkan makanan yang kita makan sehari-hari?” Apa lagi? Siapa yang dapat menyebutkan! Apa yang kalian sebutkan banyak yang benar. Mari kita lihat sekarang tentang cirri-ciri makanan bergizi.
c)   Mengemukakan ide yang bertentangan
Ide atau pendapat yang bertentangan dapat menimbulkan disonansi kognitif, yaitu: situasi dalam pikiran seseorang yang penuh pertanyaan. Dan pada gilirannya dapat menimbulkan dorongan belajar bagi murid. Untuk dapat menimbulkan ide yang bertentangan guru dapat menyajikan suatu kasus atau cerita bermasalah. Kasus itu dapat berupa kejadian yang sesungguhnya. Misalnya diambil dari berita di surat kabar.
d) Memperhatikan minat siswa
Minat dapat diartikan sebagai rasa tertarik pada sesuatu. Minat seseorang biasanya nampak dari perhatian dan kebiasaan. Minat seseorang dapat terpusat pada sesuatu hal yang dirasakan memberi kepuasan batin atau bermula dari tuntutan. Setiap orang memiliki minat yang berbeda dari orang lain, baik dalam jenis maupun kadarnya. Minat juga berkaitan dengan kebutuhan. Misalnya seseorang yang memiliki kebutuhan rasa aman, biasanya ia punya minat pada olah raga bela diri. Oleh karena itu hendaknya guru memperhatikan minat murid, motivasi harus dikaitkan pada variasi minat murid.

3)   Memberi Acuan Belajar
Proses belajar pada pendidikan formal antara lain ditandai oleh keterarahan. Keterarahan adalah wujud dari proses belajar yang terpadu dan terkait pada tujuan belajar. Dan keterpaduan harus dimulai pada saat pembukaan pelajaran. Acuan atau rambu-rambu yang diberikan pada awal pelajaran dapat memberi jalan bagi terjadinya proses belajar yang berorientasi pada tujuan. Agar dapat menjamin keterarahan belajar, maka pada awal pembelajaran guru perlu memberi acuan.
Acuan dalam situasi PKR dapat dilakukan sebagai berikut..
a)   Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
Tujuan merupakan gambaran perilaku yang diharapkan terbentuk setelah proses pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru harus mengemukakan tujuan pembelajaran, hal ini penting agar dapat memberi arah pada proses belajar. Dalam PKR, tujuan pasti bersifat multi level dan multi dimensional. Tujuan belajar untuk kelas IV, V, VI, dalam PKR pasti memiliki tujuan yang beraneka dalam tingkat kelas maupun bidangnya.
Sebagai contoh tujuan yang bersifat multi level dan multi dimensional adalah: Kelas IV dan kelas V belajar IPS dengan topik kekayaan alam. Tujuan yang diharapkan bagi murid kelas IV adalah murid dapat mengidentifikasi sumber daya alam. Sedang untuk kelas V murid dapat memberi contoh pemanfaatan sumber daya alam. Kelas VI akan belajar PPKN dengan tujuan agar murid dapat memcahkan kasus pencemaran lingkungan dari sudut hukum.
Batas tugas merupakan garis batas yang dapat dipakai pedoman oleh murid seberapa jauh mereka harus melakukan suatu tugas atau pengalaman belajar. Batas tugas secara konseptual tampak dalam tujuan dan prosedur kegiatan belajar yang akan dilalui. Baik batas tugas maupun tujuan sebaiknya dikemukakan pada awal pelajaran sebagai acuan bagi murid dan juga bagi guru dalam menjalani proses pembelajaran pada tahap kegiatan yang akan berlangsung.

b) Langkah-langkah yang akan ditempuh.
Langkah-langkah yang akan ditempuh sering disebut strategi instruksional. Langkah-langkah tersebut berisi urutan kegiatan yang dirancang oleh guru dalam mencapai tujuan belajar. Dalam PKR 321, harus dikemukakan dengan jelas urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh masing-masing kelas IV, V, dan VI. Dengan demikian pada masing-masing kelas itu akan dapat memperoleh pengalaman belajar yang sistematis dan terancang untuk mencapai tujuan dengan baik.
c)   Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Pada setiap tahap kegiatan pembelajaran harus ditemukan apa yang menjadi masalah pokok sebagai pusat perhatian proses belajar. Masalah pokok biasanya berupa konsep yang akan dibahas. Dan masalah pokok perlu dikemukakan pada awal pelajaran.

d) Mengajukan pertanyaan
Pada awal pelajaran guru dapat mengajukan pertanyaan pemicu. Maksudnya sebagai pemandu awal yang berfungsi memberi acuan bagi murid dalam belajar. Pertanyaan pemicu dapat dikaitkan dengan benda, peristiwa, gambar yang digunakan pada saat guru menarik perhatian murid. Pertanyaan pemicu dapat disusun mulai dari pertanyaan sederhana misalnya apa, dimana, tahun berapa, sampai pertanyaan yang lebih rumit misalnya mengapa, bagaimana, apa akibatnya dan sebagainya.

4)   Membuat kaitan materi
Membuat kaitan materi pada awal pelajaran sangat penting, karena akan menghubungkan pengalaman lama dengan pengalaman baru. Bila pengalaman lama dengan pengalaman baru dapat dihubungkan dengan baik, maka proses belajar akan berlangsung lebih bermakna. Membangun kaitan materi dengan melalui :
a)      Pertanyaan appersepsi, yaitu pertanyaan mengenai bahan lama yang telah dipelajari sebelumnya. Dari pertanyaan ini diharapkan dapat diperoleh jawaban yang menggambarkan perilaku awal murid, yang berupa sikap, nilai, dan keterampilan yang telah dikuasai sebelum memulai pelajaran baru.
b)      Merangkum materi yang lalu dengan maksud untuk memtakan apa saja yang telah dipelajari murid. Apabila jawaban pertanyaan appersepsi dan rangkuman dipadukan, maka guru akan dapat membaca bekal belajar murid sehingga materi baru dapat dikaitkan untuk menghasilkan proses belajar yang yang bermakna. Bagi murid akan dapat melihat nilai tambah apa yang akan diperoleh setelah mempelajari materi baru.

2.2.2 Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran sama pentingnya dengan menutup pelajaran, walaupun berbeda tujuan dan fungsinya. Untuk menutup pelajaran sebaiknya dilakukan secara bersama-sama dimana semua murid dari kelas yang dirangkap hadir dalam satu ruangan atau satu tempat.
Ada tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan guru dalam menutup pelajaranyaitu:
1)   Meninjau kembali.
Untuk mengecek apakah pengalaman belajar murid sudah memenuhi tuntutan pedagogis sebagaimana diisyaratkan dalam tujuan perlu ditinjau kembali. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara merangkum atau membuat ringkasan. Rangkuman sebaiknya dibuat guru dengan melibatkan murid. Dengan demikian murid dapat memahami apa saja yang telah dipelajari dalam pembelajaran.
2)   Mengadakan evaluasi penguasaan murid
Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah tercapai tidaknya penguasaan murid mengenai materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang digariskan. Untuk maksud tersebut guru perlu mengadakan evaluasi formatif pada akhir pelajaran. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1.      Mendemonstrasikan keterampilan.
2.      Menerapkan ide baru pada situasi lain
3.      Mengemukakan pendapat sendiri
4.      Memberikan soal-soal secara tertulis
3)   Memberikan tindak lanjut
Tindak lanjut berfungsi untuk menghubungkan materi dan pengalaman belajar baru dengan pengalaman yang akan datang. Tindak lanjut dapat dilakukan dengan cara memberi pekerjaan rumah, merancang sesuatu, mengkomunikasikan sesuatu.

2.3 Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan Belajar Mandiri.
Pada hakekatnya belajar itu adalah adanya perubahan. Perubahan berkenaan dengan pengetahuan, nilai dan sikap, keterampilan, dan kebiasaan belajar. Perubahan pengetahuan melalui proses pemahaman, sedang nilai dan sikap melalui proses penghayatan. Keterampilan berubah melalui proses latihan, sedang kebiasaan belajar berubah melalui pembiasaan atau habituasi. Semua proses perubahan itu terjadi dalam diri individu.
Dengan demikian dalam proses belajar individulah yang aktif, oleh karena itu proses pembelajaran yang baik adalah proses yang memungkinkan murid belajar secara mandiri. Belajar mandiri adalah proses memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap, keterampilan, dan kebiasaan belajar melalui pemanfaatan rangsangan dari luar diri murid untuk membangkitkan kemampuan belajar secara optimal. Untuk dapat menumbuhkan proses belajar mandiri perlu diciptakan iklim belajar yang baik, yang ditandai oleh adanya suasana hangat, menarik dan menyenangkan.
Ada beberapa alasan yang dapat kita simak, mengapa belajar mandiri perlu digalakkan.
a.       Ada bukti yang kuat bahwa individu yang berinisiatif dalam belajar dapat belajar lebih banyak, dan lebih baik dari pada individu yang tergantung pada guru.
b.      Belajar mandiri lebih sesuai denga prose salami perkembangan mental individu.
c.       Perkembangan baru dalam berbagai aspek pendidikan menempatkan murid sebagai pebelajar yang aktif(Knowles,1975).

Untuk dapat mengembangkan murid sebagai pebelajar yang aktif, guru PKR perlu menguasai beberapa keterampilan seperti berikut:
a.   Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Metode pembelajaran yang paling potensial dalam PKR adalah metode diskusi atau metode kerja kelompok, terutama kelompok kecil. Apalagi karena kelas PKR di SD kecil jumlah muridnya sedikit. Kelompok kecil dalam kelas PKR bisa dibentuk untuk masing-masing kelas atau lintas kelas. Besar kelompok tergantung pada jumlah murid, kelompok terkecil berjumlah dua orang dan paling besar lima orang. Keterampilan yang perlu dikuasai guru PKR dalam menata diskusi atau kerja kelompok kecil adalah:
1) Memusatkan perhatian murid
2) Memperjelas masalah yang menjadi pusat perhatian
3) Menganalisis pendapat murid
4) Memberi kesempatan kepada murid untuk mengeluarkan pendapat
5) Memeratakan kesempatan untuk berbicara
6) Memacu proses berfikir murid
7) Menutup diskusi dengan laporan


b.   Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Di SD kecil, ada kalanya murid yang dihadapi hanya 1-2 orang dalam satu kelas, sehingga dapat dirangkap dengan kelas lain yang jumlahnya lebih banyak meskipun tak sebanyak kelas normal. Bahkan ada SD yang jumlah murid seluruhnya hanya 15-20 orang. Ruang belajar yang digunakan hanya satu ruang dengan atau tanpa sekat. Untuk menghadapi situasi semacam ini, guru PKR dituntut untuk menguasai keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan ada sejumlah peran guru yang perlu dihayati yaitu guru sebagai:
1) Penata kegiatan belajar-mengajar
2) Sumber informasi bagi murid
3) Pendorong belajar siswa
4) Penyedia materi dan pembuka kesempatan belajar murid
5) Pendiagnosis kebutuhan belajar murid
6) Pemberi kemudahan belajar sesuai kebutuhan murid
7) Mitra kerja dalam kegiatan belajar
Agar dapat memainkan peran-peran tersebut di atas guru PKR perlu menguasai sejumlah keterampilan sebagai berikut :
1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
- Tunjukkan perhatian yang hangat
- Dengarkan pendapat murid
- Berikan respon yang positif
- Ciptakan hubungan saling percaya
- Tunjukkan kesediaan membantu murid
- Bersikaplah terbuka terhadap perasaan murid
- Kendalikan situasi agar murid merasa aman
2) Keterampilan menata kegiatan belajar-mengajar
- Adakan pengenalan umum mengenai isi dan latar kegiatan belajar
- Gunakan variasi kegiatan sesuai kebutuhan
- Adakan pengelompokan murid sesuai dengan tujuan
- Jangan lupa mengkoordinasikan aneka kegiatan yang berlangsung
- Berikan perhatian pada berbagai tugas yang diberikan
- Usahakan agar pada akhir kegiatan selalu ada penyimpulan

3) Keterampilan mengarahkan dan memberi kemudahan belajar
- Berikan penguatan terhadap perilaku murid yang baik
- Bersikap tanggap terhadap keadaan murid
- Berikan bantuan belajar sesuai kebutuhan untuk belajar lebih lanjut
- adakan pemantapan terhadap kegiatan kelompok dan perorangan

c.   Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi murid, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Seorang guru PKR dapat membuat murid senang, puas, dan betah belajar. Caranya adalah mengadakan variasi dalam pembelajaran. Variasi juga disebut keanekaragaman. Dalam pembelajaran, keanekaragaman menyangkut gaya mengajar, media, sumber, dan pola interaksi serta kegiatan belajar mengajar.
1)   Variasi gaya mengajar
Gaya mengajar adalah pola penampilan guru dalam mengolah dan mengelola rangsangan belajar dan lingkungan belajar yang memungkinkan tumbuhnya dinamika proses belajar murid. Dinamika proses belajar tercermin pada perhatian, semangat, dan rasa senang, betah atau keasyikan murid dalam mempelajari sesuatu. Penampilan mengajar guru diwarnai oeh keterampilan guru dalam:
a.       Bicara: kecepatan, kejernihan, tekanan, volume, dan kepasihan.
b.      Perhatian: pemusatan perhatian murid, persebaran perhatian pada kegiatan murid secara  bersamaan.
c.       Kesenyapan: berhenti bicara sebentar untuk mengendapkan ide
d.      Kontak pandang: semua murid mendapat tatapan hangat dari guru
e.       Olah gerak dan mimik : gerak fisik dan tampilan wajah
f.       Alih posisi: berdiri yang memungkinkan murid merasakan perhatian sama

2)   Variasi media dan sumber
Media adalah alat dan bahan yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan yang dapat berupa ide, informasi, pendapat kepada murid. Media dapat berbentuk visual(terlihat), audio(terdengar) dan teraba.
Sumber adalah benda, manusia, situasi yang berisikan/menghasilkan informasi, data, fakta, ide, rangsangan yang dapat digunakan oleh guru dan murid dalam berkomunikasi. Sumber dapat berupa barang cetak(buku,modul), bahan terekam(kaset audio), bahan tersiar(radio,TV), manusia sumber, dan pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis sumber tersebut.
Keterampilan guru memanfaatkan aneka ragam media dan sumber secara tepat guna dan layak dapat membangun suasana belajar –mengajar yang menarik, menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan. Untuk itu guru sebaiknya terampil dalam memilih, menyelesaikan, menggunakan dan bila mungkin mengolah kembali media dan sumber sesuai kebutuhan.

3)   variasi pola interaksi dan kegiatan
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar-mengajar sangat beraneka ragam, mulai dari yang didominasi guru sampai kegiatan yang dilakukan sendiri oleh murid. Proses belajar murid harus diartikan sebagai aktivitas individu dalam membangun pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman belajar yang baik dan bermakna adalah pengalaman belajar yang dibangun melalui aneka ragam pola interaksi dan kegiatan yang sengaja dikembangkan oleh guru. Oleh karena itu guru harus menguasai pola interaksi dan kegiatan.
Bila dilihat dari jumlah peserta murid dalam suatu kegiatan belajar, kegiatan belajar dapat berupa kegiatan perorangan, pasangan, kelopok kecil, kelompok besar, dan secara klasikal. Pola interaksi yang bisa terjadi pada setiap jenis kegiatan tidak selalu sama. Jenis pola interaksi tersebut adalah:
a) Pola interaksi perseorangan (pola INPERS)
b) Pola interaksi pasangan (pola INPAS)
c) Pola interaksi kelompok kecil (pola INKK)
d) Pola interaksi kelompok besar (pola INKB)
e) Pola interaksi klasikal (pola INKLAS)


Bila dilihat dari kegiatannya terdapat beberapa jenis yang dapat digunakan di kelas antara lain:

a) Membaca
b) Menggunakan lembar kerja
c) Bercerita
d) Berdialog/berdiskusi
e) Mengadakan percobaan
f) Mendengarkan kaset/radio
g) Bernyanyi
h) Mengamati lingkungan

2.4 Mengelola Kelas PKR
Kelas PKR memerlukan perhatian yang lebih dari kelas biasa, karena karakteristik pembelajaran dalam PKR jauh lebih beragam daripada di kelas biasa. Tetapi tuntutan pedagogisnya sama yaitu iklim kelas yang perlu diciptakan harus memungkinkan murid dapat memanfaatkan waktu belajar secara efektif. Untuk dapat menciptakan dan memelihara suasana kelas yang memungkinkan optimal kualitas pembelajarannya dan keterlibatan murid, perlu pengelolaan kelas yang baik. Keterampilan mengelola kelas mencakup kemampuan guru untuk :
a.   Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal
Situasi kelas yang optimal ditandai oleh tingginya waktu yang digunakan untuk mendorong murid melakukan tugas-tugas, dan waktu yang digunakan oleh murid untuk melibatkan diri dalam interaksi kelas. Untuk dapat menciptakan situasi tersebut guru sebaiknya terampil dalam:
1)      Menanggapi dengan penuh perhatian hal-hal yang mengganggu jalannya interaksi belajar mengajar. Misalnya, bila ada murid yang bercerita sendiri.
2)      Memeratakan perhatian terhadap semua kelompok secara visual maupun verbal.
3)      Bicara dengan jelas sehingga semua murid bias mendengar, arahkan pandangan ke semua murid.
4)      Memberikan penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga murid-murid memahami tugas dan peranan serta tanggung jawabnya dalam kegiatan belajarmengajar
5)      Memberi teguran dengan arif dan bijaksana bila melihat terjadinya perilaku menyimpang dari murid. Teguran yang kasar bukan saja tak efektif, tetapi dapat melukai perasaan murid.
6)      Memberikan penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan dan token sesuai dengan keperluan dan situasi secara wajar. Berikan pujian terhadap perilaku yang baik untuk mendorong munculnya perilaku baik lebih sering muncul.

b.   Mengendalikan kondisi belajar yang optimal
Bila ada murid yang berperilaku yang menyimpang janganlah dibiarkan, tetapi harus dikendalikan. Hakekat belajar adalah perubahan, maka bila melihat adanya perilaku menyimpang harus segera diubah menjadi perilaku yang baik. Mengubah perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara:
1)   Mengajarkan dan memberi contoh perilaku yang diinginkan.
2)   Menguatkan perilaku yang baik dengan pujian yang wajar.
3)   Memberi hukuman dengan cara yang benar dan wajar terhadap perilaku menyimpang.
Dalam upaya mengatasi perilaku yang menyimpang ada sejumlah teknik yang dapat digunakan yaitu:
1) Mengabaikan sementara yang direncanakan.
2) Melakukan campur tangan dengan isyarat
3) Mengawasi dari dekat
4) Menerima perasaan negatif murid
5) Mendorong murid mengungkapkan perasaannya
6) Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu
7) Menghilangkan ketegangan dengan humor.
8) Mengatasi penyebab gangguan.
9) Membatasi secara fisik
10) Menjauhkan penggannggu



BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Guru PKR perlu memiliki ilmu dan kiat mengajar, agar proses pembelajaran berhasil dengan baik. Membuka pelajaran merupakan penghubung pengalaman belajar lama dan baru yang sekaligus berfungsi sebagai langkah awal yang menentukan mulus tidaknya proses belajar murid. Menutup pelajaran merupakan review terhadap pelajaran yang berlangsung dan berfungsi sebagai penghubung antara pengalaman baru dengan pengalaman yang akan dating.
Proses belajar aktif dan belajar mandiri perlu dikembangkan dalam pelaksanaan PKR, dengan menciptakan iklim belajar yang ditandai olehn suasana hangat, saling hormat, adanya dialog, peran murid jelas, dan saling percaya. Dalam menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal guru PKR harus terampil dalam menanggapi suasana belajar, memeratakan perhatian, memberi penugasan yang jelas, memberi teguran yang arif dan bijaksana, dan memberikan penguatan yang tepat. Dalam mengendalikan kondisi belajar yang optimal dan mengatasi perilaku menyimpang, guru harus terampil dalam mengajarkan dan memberi contoh, menguatkan perilaku yang baik, dan memberi hukuman yang benar dan wajar.


3.2 Saran
            Sebagais calon seorang guru, sebaiknya kita perlu mendalami materi pada makalah ini dengan baik. Hal ini dikarenakan pada makalah ini membahas mengenai mengenai prinsip didaktik-metodik dan prosedur dasar PKR yang akan bermanfaat bagi kita jika nantinya kita mendapat tugas menjadi seorang guru PKR.



DAFTAR PUSTAKA


Djalil, A., 2004. Pembelajaran Kelas Rangkap. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Universitas Terbuka
Arifathul. 2014. Pembelajaran Kelas Rangkap http://pgsduho2013.blogspot.co.id/2014/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses pada tanggal 10 September 2015 pukul 20.00 WIB
Barabai. 2014. Makalah Prinsip Didaktik Metodik dan Prosedur Dasar PKR http://blog-barabai.blogspot.co.id/2014/11/makalah-prinsip-didaktik-metodik-dan.html diakses pada tanggal 10 September 2015 pukul 20.00 WIB


1 komentar: