STRATEGI MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA
LISAN
MAKALAH
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SD KELAS TINGGI
DOSEN PENGAMPU : HARTATI
Oleh
1.
ANTONIUS TRISANTO TUKAN (
1401413639 )
2.
PUTRI SRIKANDI ( 1401413616 )
3.
RASVIA SUKMA ( 1401413617 )
4.
FITRIANA (
1401413621 )
5.
CUT TITI PENDA (
1401413622 )
6.
FRANSISKA ELVIRA D. MAKING ( 1401413632 )
PPGT 2013
PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterampilan
berbahasa terdiri dari keterampilan berbahasa tulis dan keterampilan berbahasa
lisan. Klasifikasi seperti ini, dibuat berdasarkan pendekatan komunikatif.
Implikasinya, pembelajaran berbahasa di SD harus difokuskan pada kemampuan
siswa memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari, menyimak
dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita lakukan. Di
mana pun kita berada, kedua jenis keterampilan berbahasa ini hampir selalu kita
perlukan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Berbahasa lisan merupakan keterampilan yang dapat
dipelajari dan dilatihkan kepada para siswa di sekolah. Oleh sebab itu, dalam
makalah ini akan dibahas tentang Strategi Pembelajaran Bahasa Lisan. Dalam
kegiatan berbahasa sehari-hari, menyimak dan berbicara berlangsung dalam waktu
bersamaan. Hubungan keduanya ibarat sekeping uang logam yang memiliki dua sisi.
Bila ada menyimak pasti ada berbicara. Demikian pula sebaliknya, jika ada
berbicara tentu ada menyimak.
Pengetahuan
dan keterampilan dalam penggunaan strategi pembelajaran berbahasa lisan
merupakan prasyarat bagi mahasiswa agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di
kelas sehingga pada akhirnya keterampilan berbahasa lisan siswa meningkat
dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah
pengertian keterampilan berbahasa lisan?
1.2.2 Bagaimanakah
hubungan menyimak dengan berbicara?
1.2.3 Bagaimanakah
strategi pembelajaran berbahasa lisan dan penerapannya melalui kegiatan
bercerita dan dramatisasi kreatif?
1.2.4 Bagaimanakah
cara menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran meningkatkan keterampilan
berbahasa lisan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk
mengetahui tentang pengertian keterampilan berbahasa lisan
1.3.2 Untuk
mengetahui tentang hubungan menyimak dengan berbicara
1.3.3 Untuk
mengetahui tentang strategi pembelajaran berbahasa lisan dan penerapannya
melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif
1.3.4 Untuk
mengetahui tentang cara menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran meningkatkan
keterampilan berbahasa lisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Keterampilan Berbahasa Lisan
Keterampilan
berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap
orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang
lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan
berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan
mereka dalam berkomunikasi.
Keterapilan berbahasa lisan merupakan keterampilan seseorang
untuk mengungkpakan “sesuatu” dan memahami “sesuatu” yang diungkapkan oleh
orang lain secara lisan. Dengan bahasa lisan seseorang dapat mengembangkan
kemampuan intelektualnya, kepekaan sosial dan kematangan emosionalnya.
Keterampilan berbahasa lisan terdiri dari keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan menyimak dan berbicara sangat erat kaitannya bersifat resiprokal.
Dalam kehidupan sehari-hari, penyimak dan pembicara bisa berganti peran secara
spontan, yaitu dari penyimak menjadi pembicara dan dari pembicara menjadi
penyimak.
2.1.1
Menyimak
2.1.1.1
Pengertian Menyimak
Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak
sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Menyimak
adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya. Adapun menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan,
mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut,
kita dapat menjelaskan bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan
mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan non-bahasa dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, sekaligus
menangkap isi atau pesan, serta mampu memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.
2.1.1.2 Bahan Pembelajaran Menyimak
Tujuan utama pembelajaran menyimak
adalah melatih siswa memahami bahasa lisan. Hal ini perlu disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak dapat
menggunakan bahan pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya sastra, bahan
yang pendidik susun sendiri atau di ambil dari media cetak. Teknik penyajiannya
dapat dibacakan langsung oleh pendidik atau melalui alat perekam suara.
Setelah menyampaikan bahan pembelajaran, pendidik secara langsung dapat mengadakan tanya jawab tentang isi materi yang sudah disampaikannya atau menugasi peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan lebih dulu. Pertanyaan yang baik harus disusun secara sistematis.
Setelah menyampaikan bahan pembelajaran, pendidik secara langsung dapat mengadakan tanya jawab tentang isi materi yang sudah disampaikannya atau menugasi peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan lebih dulu. Pertanyaan yang baik harus disusun secara sistematis.
2.1.1.3
Strategi Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Beberapa strategi dalam yang dapat
dilaksanakan oleh guru di SD untuk meningkatkan keterampilan menyimak, antara
lain sebagai berikut.
1.
Simak – Ulang Ucap
Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk
memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas.
Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti
fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan
intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secara individual,
kelompok, dan klasikal.
2.Simak
– Tulis (Dikte)
Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu
seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas
dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian
siswa menuliskannya.
3.
Simak – Kerjakan
Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu
seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas
dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian
siswa mengerjakan apa yang diperintahkan atau dikatakan dalam kegiatan
menyimak.
4.
Simak – Terka
Guru menyusun deskripsi suatu benda atau
mainan siswa yang paling disukai atau gambar foto tanpa menyebutkan mana
bendanya. Deskripsi diperdengarkan kepada siswa. Siswa menyimak teks deskripsi
dan harus menerkanya.
5.
Memperluas kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat.
Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain, kemudian siswa
melengkapi kata-kata yang telah diucapkan guru dengan kata lain ayang sesuai
yang hasilnya kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang utuh dan lebih
luas.
6.
Menyelesaikan Cerita
Guru memperdengarkan suatu cerita sampai
selesai. Setelah siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk
menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita,
guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang
bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu seterusnya sehingga cerita itu
berakhir seperti yang disimaknya.
7.
Membuat Rangkuman
Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup
panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak.
Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.
8.
Permainan Untuk meningkatkan Ketrampilan Menyimak (Bisik Berantai).
Suatu pesan dapat dilakukan secara
berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan
dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus
mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan
tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika
sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.
9.
Mendengarkan Cerita Tujuan
Dalam kegiatan ini siswa dapat memaknai
dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa
mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan. Kegiatan teknik pembelajaran
ini dapat dilaksanakan secara persorangan maupun kelompok.
10.
Mendengarkan Berantai Tujuan
Dalam kegiatan ini siswa dapat memahami
informasi yang dibisikkan oleh temannya dengan cermat, cepat, dan tepat. Siswa
mendengarkan informasi yang disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi
yang didengar ke teman sebelahnya secara berantai dalam kelompok.
2.1.2
Berbicara
2.1.2.1
Pengertian Berbicara
Keterampilan berbicara
adalah kemampuan mengekspresikan pikiran atau ide melalui lambang-lambang
bunyi. Seorang pembicara yang handal dan terlatih mampu memilih kata-kata yang
efektif, dan gaya yang tepat sehingga mudah dipahami dan bahkan
dapat memukau pendengarnya. Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
2.2.2.2
Bahan Pembelajaran Berbicara
Tujuan utama pembelajaran berbicara di
SD melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran
membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran
berbicara. Misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan
kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan pengalaman
pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain peran, berpidato, dan lain
sebagainya. Untuk memantau kemajuan siswa dalam berbicara, guru dapat
melakukannya ketika siswa sedang melaksanakan kegiatan diskusi kelompok, tanya
jawab, dan sebagainya. Pengamatan guru terhadap aktivitas berbicara para
siswanya dapat direkam dengan menggunakan format yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi kalimat,
kosakata, tata bahasa, kefasihan bicara, dan pemahaman.
2.2.2.3
Strategi Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara lebih mudah
dikembangkan apabila siswa memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan
sesuatu secara alami kepada orang lain. Selama kegiatan belajar di sekolah,
guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan siswa
mengembangkan kemapuan berbicara. Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan
berbicara itu antara lain sebagai berikut.
a.
Menyajikan Informasi
Salah satu bentuk kegiatan untuk melatih
penyajian informasi adalah dengan berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong
anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan orang lain,
belajar menyusun, dan menyajikan suatu pembicaraan, dan mempelajari cara yang
terbaik untuk berbicara di hadapan sejumlah pendengar.
b.
Berpartisipasi dalam Diskusi
Diskusi memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi dengan siswa-siswa yang lain dan guru, mengekspresikan
pikiran secara lengkap, mengajukan berbagai pendapat, dan mempertimbangkan
perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau
tanggapan yang masuk akal yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil
penelitian membuktikan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat siswa bergairah
dalam proses pembelajaran.
c.
Menghibur (Menyajikan Pertanyaan)
Siswa dapat menyajikan pertunjukan untuk
teman atau teman sekelas, teman-teman dari kelas yang lain, orang tua dan
anggota masyarakat sekitar gedung sekolah.
d.
Sandiwara Boneka
Di dalam kelas anak-anak dapat
menggunakan boneka dengan dua cara. Mereka menemukan (mencari) cerita yang
sesuai dengan boneka-boneka yang sudah tersedia, atau mereka dapat membuat
boneka kemudian mengarang cerita yang sesuai.
e.
Bercerita atau Membaca Puisi
Cerita atau puisi yang digunakan harus
yang menarik bagi anak-anak, yang mudah dipahmi secara lisan, dan yang mudah
dihafalkan. Guru hendaknya tidak terlalu mengharapkan penampilan yang
benar-benar bagus, tetapi ia harus menolong murid-murid belajar menafsirkan
karya sastra secara lisan untuk memperoleh kesenangan.
f.
Cerita Berangkai Tujuan
Siswa dapat melanjutkan cerita yang
disampaikan temannya dengan tepat dan dalam lingkup topik yang sama. Satu
kelompok (5 orang) berdiri di depan kelas kemudian bercerita tentang topik
tertentu yang diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Alat yang
diperlukan adalah buku catatan.
Cara menerapkan:
Cara menerapkan:
(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang
kegiatan hari itu,
(2) siswa membagi kelompok,
(3) kelompok menentukan topik yang akan dibawakan di
depan kelas,
(4) siswa bercerita secara berangkai di depan kelas,
(5) kelompok lain memberi komentar tentang cerita
berangkai temannya,
(6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
g. Menerangkan
Obat/Makanan/Minuman/Benda Lainnya
Dalam hal ini siswa dapat menjelaskan sesuatu secara
runtut dan benar. Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam
waktu singkat mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat
berupa minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain. Alat yang
diperlukan adalah botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint,
dan lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok). Cara menerapkan:
(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang
kegiatan hari itu,
(2) siswa mengambil benda yang mereka kenal,
(3) dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa
menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok,
(4) siswa lain memberi komentar tentang penjelasan
temannya,
(5) siswa merefleksikan proses pembelajaran yang
mereka alami,
(6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari
2.2
Hubungan Menyimak dan Berbicara
Peristiwa
menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui
rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga
kita diidentifikasi jenis dan pengelompokkannya menjadi suku kata, kata, frase,
kalusa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh
penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya, dinilai
kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap
makna yang termuat pada wacana lisan. Menyimak dan berbicara merupakan proses
interaksi yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang dimiliki
dan dipahami bersama.
Secara
sederhana dapat kita katakan, bahwa menyimak merupakan proses memahami pesan
yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses
penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh
penyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahsa yang kemudian
dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan
oleh si pembicara. Dari hal tersebut kita temukan adanya kaitan antara menyimak
dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan
berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan. Dengan berbicara seorang
menyampaikan informasi melalui ujaran. Dengan menyimak kita menerima informasi
dari sesorang. Pada kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan
peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa
berbicara. Dalam kegiatan komunikasi kedfuanya secara fungsional tidak
terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua
kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus dan
tidak saling melengkapi.
2.3
Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan
Bercerita dan Dramatisasi Kreatif
Menyimak
dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam
kehidupan sehari-hari. Betapa tidak karena dengan menyimak dan berbicara kita
dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Dalam kegiatan komunikasi lisan,
kegiatan menyimak dan berbicara merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan. Oleh
sebab itu, sangatlah beralasan apabila setiap orang, lebih-lebih siswa,
dituntut keterampilannya untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Guru yang berpengalaman dan kreatif rasanya tidak akan
mengalami kesulitan dalam memilih strategi yang tepat untuk melaksanakan tugas
itu. Agar strategi yang dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasarannya perlu
diperhatikan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan
seperti berikut.
1. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus
mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan siswa.
2. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari
yang sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat perkembangan
bahasa siswa.
3. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu
menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.
4. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus
benar-benar mengajar bukan menguji. Artinya, skor yang diperoleh siswa harus
dipandang sebagai balikan bagi guru.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil
yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria
berikut.
1.
Relevan dengan
tujuan pembelajaran.
2.
Menantang dan
merangsang siswa untuk belajar.
3.
Mengembangkan kreativitas
siswa secara individual ataupun kelompok.
4.
Memudahkan siswa
memahami materi pelajaran
5.
Mengarahkan
aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6.
Mudah diterapkan
dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7.
Menciptakan
suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.
Beberapa
strategi pembelajaran berbahasa lisan yang dapat diterapkan di sekolah dasar
adalah sebagai berikut.
1. Menjawab Pertanyaan
1. Menjawab Pertanyaan
Latihan
menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan bahan simakan sangat menunjang
pengembangan keterampilan berbahasa lisan siswa. Ada lima pertanyaan yang perlu
disajikan guru, yaitu (a) siapa yang berbicara, (b) apa yang dibicarakan, (c)
mengapa hal itu dibicarakan, (d) di mana hal itu dibicarakan, dan (e) bila hal
itu dibicarakan. Dengan demikian, guru harus pandai memilih bahan simakan yang
sesuai misalnya, dongeng atau cerita anak, sehingga kelima pertanyaan itu dapat
diajukan.
Contoh
:
Guru : Pak
Guru akan membacakan sebuah cerita singkat. Dengarkan baik-baik karena setelah
itu ada beberapa pertanyaan yang harus kalian jawab! Sekali lagi, dengarkan!
Siswa :Siap,
Pak Guru!
Inilah teks yang dibacakan guru.
|
Guru :Dari
cerita yang kalian dengarkan, sekarang coba jawab pertanyaan dari Pak Guru!
Siswa : Iya,
Pak!
Guru : Siapa
yang bercakap-cakap dalam cerita yang telah Bapak bacakan?
Ari :
Saya Pak, yang bercakap-cakap tadi Bu Euis dengan Pak Ujang!
Guru : Ya
benar, tepat sekali jawabanmu, Ari!” Nah pertanyaan selanjutnya, Apa yang Pak
Ujang dan Bu Euis bicarakan? Untuk pertanyaan ini silahkan dijawab oleh Rini!
Rini :
Mereka membicarakan soal apakah semua bis telah sampai atau tidak.
Guru : Ya
benar Rini, Pak Ujangdan Bu Euis mengecek semua bus yang telah sampai.
Selanjutnya, giliranmu Diki! Mengapa Pak Ujang dan Bu Euis membicarakan hal
itu?
Diki : Agar
tahu sudah sampai apa belum semua bus yang ikut bertamasya ke Candi Borobudur
Pak!”
Guru : Tepat sekali jawabanmu, Diki. Nah sekarang,
Ani! Dimana hal itu dibicarakan?
Ani : Di
Candi Borobudur, Pak!
Guru : Tepat
sekali. Ok, sekarang pertanyaan terakhir, untuk Rino! Berapa jumlah Bus yang
ikut bertamasya ke Candi Borobudur?
Rino : 4
bus, Pak!
Guru :
Bagus sekali. Pertanyaan dari Bapak telah kalian jawab dengar benar. Kalian
memang murid-murid yang pandai.
2. Bermain Tebak-tebakan
Bermain
tebak-tebakan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana,
guru mendeskrepsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebut nama bendanya.
Tugas siswa menerka nama benda itu.
Contoh
1 :
Guru :
Anak-anak Ibu punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan dengan seksama, nanti kalau
ada yang tau jawabannya langsung acungkan tangan dan langsung jawab, kalian
mengerti?”
Siswa : Mengerti, Bu Guru!
Guru : Bagus! Dengarkan, siapa aku. Aku sangat
diperlukan untuk lalu lintas. Banyak tempat dan kota yang kuhubungkan. Berbagai
jenis mobil lewat di punggungku. Aku dikeraskan dengan batu dan aspal. Silakan
terka, siapa aku!
Siswa : Jalan raya!
Siswa : Jalan raya!
Contoh
2 :
Guru :Anak-anak
Bapak punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan, Pak Guru akan melukiskan suatu
benda. Siapa yang mengetahui benda yang Pak Guru maksudkan, segera acungkan
tangan!”
Siswa : Siap,
Pak Guru!”
Guru :
Bagus! Dengarkan, disana ada sebuah tempat berair. Bentuknya memanjang dan
berliku-liku. Air dari sana diperlukan oleh petani. Didalamnya kadang-kadang
banyak ikan. Silakan terka, apa nama tempat itu!
Siswa :
Sungai!
3. Memberi Petunjuk
Memberi
petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau
letak suatu tempat, memerlukan sejumlah persyaratan. Petujuk harus jelas,
singkat, dan tepat. Siswa yang sering berlatih memberi petujuk secara lisan
akan lebih terampil berbicara. Karenanya, guru harus memberikan kesempatan yang
luas kepada siswa untuk berlatih memberikan petujuk.
Contoh
:
Guru :
Selamat pagi, anak-anak?
Siswa :
Selamat pagi, Bu?
Guru :
Sekarang kita akan belajar memberikan petunjuk tentang sesuatu yang dapat
menjelaskan suatu hal yang ingin orang ketahui.
Siswa : Siap,
Bu!
Guru :Tebu
yang berumur 18-20 bulan dipotong, lalu daunnya dibuang dan dibersihkan.
Setelah diikat dengan rapih kemudian diangkut ke pabrik.
Siswa : Terus
bagaimana proses di pabrik itu, Bu?
Guru : Di
pabrik, tebu-tebu itu di masukkan ke dalam mesin penggilingan. Dari
penggilingan itu akan diperoleh air tebu/air gula. Selanjutnya air tebu di
tampung di dalam ketel besar.
Siswa : Wah,
sulit juga ya prosesnya. Terus, apa proses selanjutnya, Bu?
Guru : Air
tebu dalam ketel tersebut di uapkan akhirnya yang tersisa hanya gula.
Siswa : Nah
sekarang tebu itu sudah menjadi gula.
Guru : Belum
selesai, anak-anak. Masih ada satu proses lagi.
Siswa :
Proses apalagi, Bu?
Guru : Nah,
proses terakhir adalah menaburkan obat kimia. Tujuannya untuk membentuk
kristal-kristal.
Siswa : Wah,
tenyata sulit juga ya.
Guru :
Sekarang, kalian sudah paham dan mengertikan penjelasan dari Ibu?
Siswa : Iya,
Bu!
4. Identifikasi Kalimat Topik
Guru membacakan sebuah
paragraf siswa menuliskan kalimat topiknya
Contoh :
Guru: “Simak baik-baik paragraf berikut. Yang
manakah kalimat topiknya?”
Ruang kelas kami luas dan
menyenangkan. Ukurannya 8x10 m. Jendelanya besar dan menghadap ke taman.
Penerangan listrik cukup sehingga kelas dapat digunakan di saat langit mendung.
Lantainya ubin berwarna abu-abu. Dinding kelas berwarna putih bersih. Meja,
kursi, dan papan tulis masih baru.
Siswa : (Menyimak dan mencari kalimat topik).
Guru: “Apa kalimat topik paragraf tadi? Coba
sebutkan kamu, Ari.”
Siswa: “Ruang kelas kami luas dan menyenangkan.”
Guru: “Tepat, tepat sekali! Bagus, Ari, bagus!”
5. Main Peran
Main peran adalah simulasi tingkah laku dari
orang yang diperankan. Tujuan main peran adalah sebagai berikut:
(a)
melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya,
(b)
melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan
(c)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya
berkomunikasi.
Dalam
bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang
diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat
menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
Contoh :
Guru
: “Anak-anak, mari kita coba memerankan
penjual sayuran dan pembelinya. Ana sebagai pembeli dan Tito sebagai penjual
Inilah
rekaman tawar-menawar antara pembeli dan penjual di pasar.
Penjual :
“Mari, Bu! Bayam dan sawi segar-segar!
Pembeli: “Bayam seikat berapa?”
Penjual:” Murah Bu, hanya seribu rupiah”.
Pembeli: “Jangan mahal-mahal, Bang.”
Penjual: Ya, Bu, harga sih melihat bagaimana
barangnya.”
Pembeli: “Lima ratus rupiah, ya.”
Penjual: Masih jauh, Bu. Begini saja bagaimana kalau
tujuh ratus lima puluh
rupiah.” Mau berapa ikat?”
Pembeli: “Empat.” (memilih bayam dan membayarnya)
Penjual: Terima kasih, Bu.” (mengibas-ibaskan uang
ke atas dagangannya)”
Laris
manis tanjung kimpul, dagangan habis duitnya ngumpul.”
Guru :
“Bagus sekali.”
6. Bercerita
Bercerita
menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan bercerita siswa
dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai pendengar,
dan untuk berperilaku menarik.
Contoh
:
Guru :
Selamat pagi, Anak-anak
Siswa :
Selamat pagi, Bu Guru
Guru :
Sesuai dengan janji Ibu tiga hari yang lalu, pada hari ini ibu akan menunjuk
salah satu dari kalian untuk bercerita hari ini. Kalian sudah siap?
Siswa :
Siap, Bu!
Guru :
Bagus, nah sekarang Ibu akan menunjuk Dimas! Nah Dimas silahkan bacakan cerita
yang telah kamu siapkan. Sementara yang lain dengarkan dengan seksama cerita Dimas!”
Cerita Dimas
sebagai berikut.
|
Siswa : (Menyimak
dengan seksama)
Guru :
Anak-anak setelah kalian mendengarkan cerita dari teman kalian Dimas, sekarang
coba kalian jawab pertanyaan dari Ibu. Siapa saja pelaku dari cerita tadi?
Ira :
Kancil dan kera
Guru :
Benar, Bagaimana sifat si Kancil?
Wiwi :
Kancil sifatnya pintar, lihai, licik.
Guru :
Bagus Wiwi, nah sebaliknya bagaimana sifat si Kera?
Rita :
Sifatnya kikir dan mudah dibodohi.
Guru
: Bagus, kalian memang murid-murid yang
pintar.
7. Dramatisasi
Dramatisasi
atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya
cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu
harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain
drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih
untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.
2.4
RPP dalam Meningkatkan Keterampilan
Berbahasa Lisan
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah :
Mata
Pelajaran ( Tema ) : Benda-benda dan lingkungan sekitar
Kelas /
Semester :
V / 1
Materi
Pembelajaran ( ST / P ) : Wujud
Benda dan Cirinya / 1
Alokasi waktu : 6 x 35 Menit (1 x Pertemuan)
A.
Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan
dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya serta cinta tanah
air.
3. Memahami pengetahuan
faktual dengan cara mengamati, dan mencoba menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan
faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dan kritis dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B.
Kompetensi Dasar / Indikator Pencapaian
Kompetensi
Ø Bahasa Indonesia
KD
1.1 Meresapi anugerah
Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan proses kehidupan bangsa dan lingkungan alam
2.4. Memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan rasa cinta tanah air
terhadap bencana alam dan keseimbangan ekosistem serta kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks laporan
buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan
ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan
teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah
kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan
teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia,
keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri
dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
INDIKATOR
3.1.1
Menjelaskan isi
informasi dari bacaan tentang alam dan pengaruh kegiatan manusia
4.1.1 Menyajikan hasil laporan dalam bentuk tabel
mengenai perubahan alam dan keseimbangan ekosistem yang diakibatkan oleh kegiatan
manusia
Ø IPS
KD
1.1 Menerima karunia
Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya
2.2 Menunjukkan perilaku jujur, sopan, estetika dan memiliki motivasi
internal ketika berhubungan dengan lembaga sosial, budaya, ekonomi dan politik
3.1 Memahami aktivitas dan perubahan
kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antarruang dan waktu serta
keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam
lingkup nasional
4.1 Menyajikan hasil pengamatan mengenai
aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antarruang
dan waktu serta dan keberlanjutannya dalam kehidupan sosial, ekonomi,
pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dari sumber-sumber yang tersedia
INDIKATOR
3.1.1
Mengenal aktivitas kehidupan
manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan
budaya dalam lingkup nasional
4.1.1 Menyusun laporan secara tertulis dalam
bentuk tabel hasil identifikasi tentang aktivitas dan perubahan kehidupan
manusia.
D. Deskripsi
Materi Pembelajaran
Ø Teks
bacaan “Aneh, kenapa bisa begitu?”
Ø Gambar
Sungai Tercemar
Ø Tabel
Kosa Kata
E.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi
Kegiatan
|
Alokasi
Waktu
|
Pendahuluan
|
1. Siswa
memberi salam kepada guru
2. Siswa
diajak berdoa menurut agama dan keyakinannya masing-masing
3. Siswa
dicek kehadirannya oleh guru
4. Siswa
ditanya:
“Apakah kalian mencintai
lingkungan?”
“Tindakan apa saja yang kalian
lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan?”
5. Guru
menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran
|
10 Menit
|
Inti
|
1. Siswa
mengamat gambar yang ditunjukkan oleh guru. (Mengamati)
2. Siswa
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang ditunjukkan
oleh guru pada lembar kerja siswa. (Menalar)
3. Siswa
menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas. (Mengkomunikasikan)
4. Guru
mengkonfirmasi hasil pekerjaan siswa untuk menyamakan presepsi.
5. Siswa
berdiskusi di dalam kelompok mengenai perubahan-perubahan pada alam yang
memiliki dampak bagi kehidupan manusia.
6. Siswa
menuliskan hasil diskusinya pada tabel yang disediakan.
7. Siswa
menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. (Mengkomunikasikan)
8. Guru
mengkonfirmasi hasil diskusi siswa untuk menyamakan presepsi.
9. Salah
satu siswa membaca teks “Aneh, kenapa bisa begitu?” (Mengkomunikasikan)
10. Siswa
lainnya mendengarkan teks “Aneh, kenapa bisa begitu?” (Mendengar)
11. Siswa
mencari kosakata baku dan tidak baku
pada teks bacaan dan menuliskannya di dalam tabel yang disediakan.
(Menalar)
|
150 Menit
|
Penutup
|
1. Siswa bersama guru membuat kesimpulan /
rangkuman dari pembelajaran yang telah berlangsung
2. Siswa
mengerjakan evaluasi pada lembar kerja siswa.
3. Siswa
bersama guru merefleksikan pembelajaran yang telah terjadi.
4. Doa
dan salam penutup
|
15 Menit
|
F. Penilaian
1. Teknik penilaian :
-
Tes
-
Nontes
2. Instrumen penilaian dan
pedoman penskoran :
-
Penilaian sikap : Lembar pengamatan siswa
-
Penilaian unjuk kerja
: Rubrik menulis berdasaran
pengamatan gambar, rubrik menyelesaikan soal latihan pecahan
-
Penilaian pengetahuan:
Soal evaluasi
G. Media / Alat, Bahan dan Sumber Belajar
1. Media
/ alat dan bahan : Gambar sungai
yang tercemar, Tabel Kosa Kata
2. Sumber belajar :
Ø
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Perubahan Wujud Benda (Buku Guru).
Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Ø
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Perubahan Wujdu Benda Sekitar ( Buku Guru ).
Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Semarang, ................. 20
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Kelas V
(......................................) (......................................)
NIP
.......................... NIP ..........................
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Keterapilan berbahasa lisan
merupakan keterampilan seseorang untuk mengungkpakan “sesuatu” dan memahami
“sesuatu” yang diungkapkan oleh orang lain secara lisan. Keterampilan berbahsa
lisan meliputi menyimak dan berbicara. Secara sederhana dapat
kita katakan, bahwa menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan
melalui bahasa lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses penyampaian pesan
dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah
wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahsa yang kemudian dialihkan menjadi
bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh si
pembicara. Dari hal tersebut kita temukan adanya kaitan antara menyimak dengan
berbicara.
Dalam
penerapan pembelajaran berbahasa lisan di SD, guru perlu memiliki
strategi-strategi yang dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan berbahasa
lisannya. Ada banyak strategi yang dapat digunakan oleh guru, diantaranya
menjawab pertanyaan, bermain tebak-tebakan, memberi petunjuk, identifikasi
kalimat topik, main peran, bercerita dan dramatisasi
3.2
Saran
Kita sebagai seorang calon guru SD, sebaiknya perlu
mendalami mengenai materi yang dipaparka pada makalh ini dengan baik, karena
pemahaman tetang strategi pembelajaran keterampilan bahasa lisan sangat
dibutuhkan demi meningkatkan keterampilan berbahasa lisan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
http://herusweet.blogspot.co.id/2010/02/peningkatan-kemampuan-berbahasa-lisan.html
http://nurulelkhalieqy.blogspot.co.id/2012/03/pembelajaran-keterampilan-berbahasa.html
http://zaky0492.blogspot.co.id/2015/02/strategi-meningkatkan-kemampuan.html
https://lindaajja.wordpress.com/2011/02/27/hubungan-menyimak-dan-berbicara
How to make money from virtual reality betting games
BalasHapusBut, like real-life sports betting, where you can earn real money without febcasino being tied to หารายได้เสริม a sporting event, there is no way of doing worrione that.