Jumat, 27 Mei 2016

MAKALAH STRATEGI MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA LISAN


STRATEGI MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA LISAN

MAKALAH

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SD KELAS TINGGI

DOSEN PENGAMPU : HARTATI

Oleh
1.    ANTONIUS TRISANTO TUKAN               ( 1401413639 )
2.    PUTRI SRIKANDI                                        ( 1401413616 )
3.    RASVIA SUKMA                                          ( 1401413617 )
4.    FITRIANA                                                     ( 1401413621 )
5.    CUT TITI PENDA                                         ( 1401413622 )
6.    FRANSISKA ELVIRA  D. MAKING          ( 1401413632 )

PPGT 2013
PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
   Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan berbahasa tulis dan keterampilan berbahasa lisan. Klasifikasi seperti ini, dibuat berdasarkan pendekatan komunikatif. Implikasinya, pembelajaran berbahasa di SD harus difokuskan pada kemampuan siswa memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari, menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita lakukan. Di mana pun kita berada, kedua jenis keterampilan berbahasa ini hampir selalu kita perlukan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Berbahasa lisan merupakan keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatihkan kepada para siswa di sekolah. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang Strategi Pembelajaran Bahasa Lisan. Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, menyimak dan berbicara berlangsung dalam waktu bersamaan. Hubungan keduanya ibarat sekeping uang logam yang memiliki dua sisi. Bila ada menyimak pasti ada berbicara. Demikian pula sebaliknya, jika ada berbicara tentu ada menyimak. 
Pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan strategi pembelajaran berbahasa lisan merupakan prasyarat bagi mahasiswa agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di kelas sehingga pada akhirnya keterampilan berbahasa lisan siswa meningkat dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1    Bagaimanakah pengertian keterampilan berbahasa lisan?
1.2.2    Bagaimanakah hubungan menyimak dengan berbicara?
1.2.3    Bagaimanakah strategi pembelajaran berbahasa lisan dan penerapannya melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif?
1.2.4    Bagaimanakah cara menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran meningkatkan keterampilan berbahasa lisan?

1.3 Tujuan
1.3.1    Untuk mengetahui tentang pengertian keterampilan berbahasa lisan
1.3.2    Untuk mengetahui tentang hubungan menyimak dengan berbicara
1.3.3    Untuk mengetahui tentang strategi pembelajaran berbahasa lisan dan penerapannya melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif
1.3.4    Untuk mengetahui tentang cara menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran meningkatkan keterampilan berbahasa lisan





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keterampilan Berbahasa Lisan
Keterampilan berbahasa  merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka  dalam berkomunikasi.
Keterapilan berbahasa lisan merupakan keterampilan seseorang untuk mengungkpakan “sesuatu” dan memahami “sesuatu” yang diungkapkan oleh orang lain secara lisan. Dengan bahasa lisan seseorang dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, kepekaan sosial dan kematangan emosionalnya. Keterampilan berbahasa lisan terdiri dari keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan menyimak dan berbicara sangat erat kaitannya bersifat resiprokal. Dalam kehidupan sehari-hari, penyimak dan pembicara bisa berganti peran secara spontan, yaitu dari penyimak menjadi pembicara dan dari pembicara menjadi penyimak.

2.1.1 Menyimak
2.1.1.1 Pengertian Menyimak
Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Adapun menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat menjelaskan bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan non-bahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan, serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.
2.1.1.2 Bahan Pembelajaran Menyimak
Tujuan utama pembelajaran menyimak adalah melatih siswa memahami bahasa lisan. Hal ini perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya sastra, bahan yang pendidik susun sendiri atau di ambil dari media cetak. Teknik penyajiannya dapat dibacakan langsung oleh pendidik atau melalui alat perekam suara.    
Setelah menyampaikan bahan pembelajaran, pendidik secara langsung dapat mengadakan tanya jawab tentang isi materi yang sudah disampaikannya atau menugasi peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan lebih dulu. Pertanyaan yang baik harus disusun secara sistematis.
2.1.1.3 Strategi Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Beberapa strategi dalam yang dapat dilaksanakan oleh guru di SD untuk meningkatkan keterampilan menyimak, antara lain sebagai berikut.
1. Simak – Ulang Ucap          
Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal.
2.Simak – Tulis (Dikte)
Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa menuliskannya.
3. Simak – Kerjakan
Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa mengerjakan apa yang diperintahkan atau dikatakan dalam kegiatan menyimak.
4. Simak – Terka
Guru menyusun deskripsi suatu benda atau mainan siswa yang paling disukai atau gambar foto tanpa menyebutkan mana bendanya. Deskripsi diperdengarkan kepada siswa. Siswa menyimak teks deskripsi dan harus menerkanya.
5. Memperluas kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain, kemudian siswa melengkapi kata-kata yang telah diucapkan guru dengan kata lain ayang sesuai yang hasilnya kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang utuh dan lebih luas.
6. Menyelesaikan Cerita
Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.
7. Membuat Rangkuman 
Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.
8. Permainan Untuk meningkatkan Ketrampilan Menyimak (Bisik Berantai).
Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.
9. Mendengarkan Cerita Tujuan
Dalam kegiatan ini siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan. Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara persorangan maupun kelompok.
10. Mendengarkan Berantai Tujuan
Dalam kegiatan ini siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh temannya dengan cermat, cepat, dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang didengar ke teman sebelahnya secara berantai dalam kelompok. 
2.1.2 Berbicara
2.1.2.1 Pengertian Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengekspresikan pikiran atau ide melalui lambang-lambang bunyi. Seorang pembicara yang handal dan terlatih mampu memilih kata-kata yang efektif, dan  gaya yang tepat sehingga mudah dipahami dan bahkan dapat memukau pendengarnya. Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
2.2.2.2 Bahan Pembelajaran Berbicara
Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara. Misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain peran, berpidato, dan lain sebagainya. Untuk memantau kemajuan siswa dalam berbicara, guru dapat melakukannya ketika siswa sedang melaksanakan kegiatan diskusi kelompok, tanya jawab, dan sebagainya. Pengamatan guru terhadap aktivitas berbicara para siswanya dapat direkam dengan menggunakan format yang telah dipersiapkan sebelumnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan bicara, dan pemahaman.         

2.2.2.3 Strategi Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila siswa memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain. Selama kegiatan belajar di sekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan siswa mengembangkan kemapuan berbicara. Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain sebagai berikut.
a. Menyajikan Informasi
Salah satu bentuk kegiatan untuk melatih penyajian informasi adalah dengan berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan orang lain, belajar menyusun, dan menyajikan suatu pembicaraan, dan mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara di hadapan sejumlah pendengar.
b. Berpartisipasi dalam Diskusi
Diskusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan siswa-siswa yang lain dan guru, mengekspresikan pikiran secara lengkap, mengajukan berbagai pendapat, dan mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau tanggapan yang masuk akal yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil penelitian membuktikan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat siswa bergairah dalam proses pembelajaran.
c. Menghibur (Menyajikan Pertanyaan)
Siswa dapat menyajikan pertunjukan untuk teman atau teman sekelas, teman-teman dari kelas yang lain, orang tua dan anggota masyarakat sekitar gedung sekolah. 
d. Sandiwara Boneka
Di dalam kelas anak-anak dapat menggunakan boneka dengan dua cara. Mereka menemukan (mencari) cerita yang sesuai dengan boneka-boneka yang sudah tersedia, atau mereka dapat membuat boneka kemudian mengarang cerita yang sesuai.
e. Bercerita atau Membaca Puisi
Cerita atau puisi yang digunakan harus yang menarik bagi anak-anak, yang mudah dipahmi secara lisan, dan yang mudah dihafalkan. Guru hendaknya tidak terlalu mengharapkan penampilan yang benar-benar bagus, tetapi ia harus menolong murid-murid belajar menafsirkan karya sastra secara lisan untuk memperoleh kesenangan. 
f. Cerita Berangkai Tujuan
Siswa dapat melanjutkan cerita yang disampaikan temannya dengan tepat dan dalam lingkup topik yang sama. Satu kelompok (5 orang) berdiri di depan kelas kemudian bercerita tentang topik tertentu yang diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Alat yang diperlukan adalah buku catatan.        
Cara menerapkan:
(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) siswa membagi kelompok,
(3) kelompok menentukan topik yang akan dibawakan di depan kelas,
(4) siswa bercerita secara berangkai di depan kelas,
(5) kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai temannya,
(6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

g. Menerangkan Obat/Makanan/Minuman/Benda Lainnya
Dalam hal ini siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain. Alat yang diperlukan adalah botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint, dan lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok). Cara menerapkan:
(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) siswa mengambil benda yang mereka kenal,
(3) dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok,
(4) siswa lain memberi komentar tentang penjelasan temannya,
(5) siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami,
(6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari          

2.2 Hubungan Menyimak dan Berbicara
Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga kita diidentifikasi jenis dan pengelompokkannya menjadi suku kata, kata, frase, kalusa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya, dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Menyimak dan berbicara merupakan proses interaksi yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama.  
Secara sederhana dapat kita katakan, bahwa menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahsa yang kemudian dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Dari hal tersebut kita temukan adanya kaitan antara menyimak dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan. Dengan berbicara seorang menyampaikan informasi melalui ujaran. Dengan menyimak kita menerima informasi dari sesorang. Pada kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi kedfuanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus dan tidak saling melengkapi.

2.3 Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan Bercerita dan Dramatisasi Kreatif
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Betapa tidak karena dengan menyimak dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Dalam kegiatan komunikasi lisan, kegiatan menyimak dan berbicara merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu, sangatlah beralasan apabila setiap orang, lebih-lebih siswa, dituntut keterampilannya untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Guru yang berpengalaman dan kreatif rasanya tidak akan mengalami kesulitan dalam memilih strategi yang tepat untuk melaksanakan tugas itu. Agar strategi yang dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasarannya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan seperti berikut.
1.      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan siswa.
2.      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa.
3.      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.
4.      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus benar-benar mengajar bukan menguji. Artinya, skor yang diperoleh siswa harus dipandang sebagai balikan bagi guru.

Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria berikut.
1.      Relevan dengan tujuan pembelajaran.
2.      Menantang dan merangsang siswa untuk belajar.
3.      Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4.      Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5.      Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6.      Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7.      Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.

Beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan yang dapat diterapkan di sekolah dasar adalah sebagai berikut.           
1. Menjawab Pertanyaan
Latihan menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan bahan simakan sangat menunjang pengembangan keterampilan berbahasa lisan siswa. Ada lima pertanyaan yang perlu disajikan guru, yaitu (a) siapa yang berbicara, (b) apa yang dibicarakan, (c) mengapa hal itu dibicarakan, (d) di mana hal itu dibicarakan, dan (e) bila hal itu dibicarakan. Dengan demikian, guru harus pandai memilih bahan simakan yang sesuai misalnya, dongeng atau cerita anak, sehingga kelima pertanyaan itu dapat diajukan.
Contoh :
Guru    : Pak Guru akan membacakan sebuah cerita singkat. Dengarkan baik-baik karena setelah itu ada beberapa pertanyaan yang harus kalian jawab! Sekali lagi, dengarkan!
Siswa   :Siap, Pak Guru!
Inilah teks yang dibacakan guru.

Rombongan SD Sukatani tiba berangsur-angsur di Candi Borobudur. Bus pertama tiba pukul 10.20. Lima menit kemudian menyusul bis kedua dan ketiga secara bersama-sama sedangkan bus keempat tiba 10 menit kemudian.
“Pak, apakah semua bus telah sampai? “kata Bu Euis.
“ Sudah Bu, semua bus telah sampai dengan selamat,” jawab Pak Ujang.
“Syukur kalau begitu,” kata Bu Euis.
 

Guru    :Dari cerita yang kalian dengarkan, sekarang coba jawab pertanyaan dari Pak Guru!
Siswa   : Iya, Pak!
Guru    : Siapa yang bercakap-cakap dalam cerita yang telah Bapak bacakan?
Ari       : Saya Pak, yang bercakap-cakap tadi Bu Euis dengan Pak Ujang!
Guru    : Ya benar, tepat sekali jawabanmu, Ari!” Nah pertanyaan selanjutnya, Apa yang Pak Ujang dan Bu Euis bicarakan? Untuk pertanyaan ini silahkan dijawab oleh Rini!
Rini     : Mereka membicarakan soal apakah semua bis telah sampai atau tidak.
Guru    : Ya benar Rini, Pak Ujangdan Bu Euis mengecek semua bus yang telah sampai. Selanjutnya, giliranmu Diki! Mengapa Pak Ujang dan Bu Euis membicarakan hal itu?
Diki     : Agar tahu sudah sampai apa belum semua bus yang ikut bertamasya ke Candi Borobudur Pak!”
Guru : Tepat sekali jawabanmu, Diki. Nah sekarang, Ani! Dimana hal itu dibicarakan?
Ani      : Di Candi Borobudur, Pak!
Guru    : Tepat sekali. Ok, sekarang pertanyaan terakhir, untuk Rino! Berapa jumlah Bus yang ikut bertamasya ke Candi Borobudur?
Rino    : 4 bus, Pak!
Guru    : Bagus sekali. Pertanyaan dari Bapak telah kalian jawab dengar benar. Kalian memang murid-murid yang pandai.
2. Bermain Tebak-tebakan
Bermain tebak-tebakan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskrepsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu.
Contoh 1 :      
Guru    : Anak-anak Ibu punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan dengan seksama, nanti kalau ada yang tau jawabannya langsung acungkan tangan dan langsung jawab, kalian mengerti?”
Siswa : Mengerti, Bu Guru!
Guru : Bagus! Dengarkan, siapa aku. Aku sangat diperlukan untuk lalu lintas. Banyak tempat dan kota yang kuhubungkan. Berbagai jenis mobil lewat di punggungku. Aku dikeraskan dengan batu dan aspal. Silakan terka, siapa aku!
Siswa : Jalan raya!
Contoh 2 :
Guru    :Anak-anak Bapak punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan, Pak Guru akan melukiskan suatu benda. Siapa yang mengetahui benda yang Pak Guru maksudkan, segera acungkan tangan!”
Siswa   : Siap, Pak Guru!”
Guru    : Bagus! Dengarkan, disana ada sebuah tempat berair. Bentuknya memanjang dan berliku-liku. Air dari sana diperlukan oleh petani. Didalamnya kadang-kadang banyak ikan. Silakan terka, apa nama tempat itu!
Siswa   : Sungai!
3. Memberi Petunjuk
Memberi petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat, memerlukan sejumlah persyaratan. Petujuk harus jelas, singkat, dan tepat. Siswa yang sering berlatih memberi petujuk secara lisan akan lebih terampil berbicara. Karenanya, guru harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berlatih memberikan petujuk.
Contoh :
Guru    : Selamat pagi, anak-anak?
Siswa   : Selamat pagi, Bu?
Guru    : Sekarang kita akan belajar memberikan petunjuk tentang sesuatu yang dapat menjelaskan suatu hal yang ingin orang ketahui.
Siswa   : Siap, Bu!
Guru    :Tebu yang berumur 18-20 bulan dipotong, lalu daunnya dibuang dan dibersihkan. Setelah diikat dengan rapih kemudian diangkut ke pabrik.
Siswa   : Terus bagaimana proses di pabrik itu, Bu?
Guru    : Di pabrik, tebu-tebu itu di masukkan ke dalam mesin penggilingan. Dari penggilingan itu akan diperoleh air tebu/air gula. Selanjutnya air tebu di tampung di dalam ketel besar.
Siswa   : Wah, sulit juga ya prosesnya. Terus, apa proses selanjutnya, Bu?
Guru    : Air tebu dalam ketel tersebut di uapkan akhirnya yang tersisa hanya gula.
Siswa   : Nah sekarang tebu itu sudah menjadi gula.
Guru    : Belum selesai, anak-anak. Masih ada satu proses lagi.
Siswa   : Proses apalagi, Bu?
Guru    : Nah, proses terakhir adalah menaburkan obat kimia. Tujuannya untuk membentuk kristal-kristal.
Siswa   : Wah, tenyata sulit juga ya.
Guru    : Sekarang, kalian sudah paham dan mengertikan penjelasan dari Ibu?
Siswa   : Iya, Bu!
4. Identifikasi Kalimat Topik
Guru membacakan sebuah paragraf siswa menuliskan kalimat topiknya
Contoh :
Guru: “Simak baik-baik paragraf berikut. Yang manakah kalimat topiknya?”
Ruang kelas kami luas dan menyenangkan. Ukurannya 8x10 m. Jendelanya besar dan menghadap ke taman. Penerangan listrik cukup sehingga kelas dapat digunakan di saat langit mendung. Lantainya ubin berwarna abu-abu. Dinding kelas berwarna putih bersih. Meja, kursi, dan papan tulis masih baru.
Siswa : (Menyimak dan mencari kalimat topik).
Guru: “Apa kalimat topik paragraf tadi? Coba sebutkan kamu, Ari.”
Siswa: “Ruang kelas kami luas dan menyenangkan.”
Guru: “Tepat, tepat sekali! Bagus, Ari, bagus!”
5. Main Peran
Main peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuan main peran adalah sebagai berikut:
(a) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya,
(b) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan
(c) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
Contoh :
Guru    : “Anak-anak, mari kita coba memerankan penjual sayuran dan pembelinya. Ana sebagai pembeli dan Tito sebagai penjual
Inilah rekaman tawar-menawar antara pembeli dan penjual di pasar.
Penjual            : “Mari, Bu! Bayam dan sawi segar-segar!
Pembeli: “Bayam seikat berapa?”
Penjual:” Murah Bu, hanya seribu rupiah”.
Pembeli: “Jangan mahal-mahal, Bang.”
Penjual: Ya, Bu, harga sih melihat bagaimana barangnya.”
Pembeli: “Lima ratus rupiah, ya.”
Penjual: Masih jauh, Bu. Begini saja bagaimana kalau tujuh ratus lima puluh
rupiah.” Mau berapa ikat?”
Pembeli: “Empat.” (memilih bayam dan membayarnya)
Penjual: Terima kasih, Bu.” (mengibas-ibaskan uang ke atas dagangannya)”
Laris manis tanjung kimpul, dagangan habis duitnya ngumpul.”
Guru    : “Bagus sekali.”
6. Bercerita
Bercerita menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan bercerita siswa dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai pendengar, dan untuk berperilaku menarik.
Contoh :
Guru       : Selamat pagi, Anak-anak
Siswa      : Selamat pagi, Bu Guru
Guru       : Sesuai dengan janji Ibu tiga hari yang lalu, pada hari ini ibu akan menunjuk salah satu dari kalian untuk bercerita hari ini. Kalian sudah siap?
Siswa      : Siap, Bu!
Guru       : Bagus, nah sekarang Ibu akan menunjuk Dimas! Nah Dimas silahkan bacakan cerita yang telah kamu siapkan. Sementara yang lain dengarkan dengan seksama cerita Dimas!”
Cerita Dimas sebagai berikut.

Kancil dan Kera
Seekor Kera asik makan pisang. Satu persatu buah pisang masak di tandan itu di petiknya. Dikupas dengan hati-hati lalu dimakannya. Kancil ingin juga menikmati pisang itu. Bagaimana cara mengambilnya? Memintanya? Ah, pasti tidak diberi. Kancil tahu benar kera itu sangat kikir. Kancil menemukan akal, dilemparinya kera itu dengan tanah. Kancil terus melempari Kera. Ia berusaha membuat Kera marah. Lama-kelamaan Kera menjadi marah. Ia balik melempari Kancil. Satu-persatu buah pisang dijadikannya peluru. Kancil jadi sasaran peluru pisang. Kancil pura-pura kesakitan, ia melompat-lompat menggerakan peluru. Kadang-kadang ia jatuh, sekali-kali iapun mengaduh kesakitan. Kera puas. Ia pergi mencari pisang lain, ditinggalkannya kancil yang sedang mengerang-erang kesakitan. Akal bulus sang Kancil berhasil. Kera meninggalkan buah pisang itu. Kancil tinggal mengumpulkan pisang itu, lalu dimakannya dengan santai.
 
 

Siswa      : (Menyimak dengan seksama)
Guru       : Anak-anak setelah kalian mendengarkan cerita dari teman kalian Dimas, sekarang coba kalian jawab pertanyaan dari Ibu. Siapa saja pelaku dari cerita tadi?
Ira           : Kancil dan kera
Guru       : Benar, Bagaimana sifat si Kancil?
Wiwi      : Kancil sifatnya pintar, lihai, licik.
Guru       : Bagus Wiwi, nah sebaliknya bagaimana sifat si Kera?
Rita        : Sifatnya kikir dan mudah dibodohi.
Guru       : Bagus, kalian memang murid-murid yang pintar.
7. Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.



2.4 RPP  dalam Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Lisan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah                                              
Mata Pelajaran ( Tema )                  : Benda-benda dan lingkungan sekitar
Kelas / Semester                                : V / 1
Materi Pembelajaran ( ST / P )        : Wujud Benda dan Cirinya  / 1
Alokasi waktu                                    : 6 x 35 Menit (1 x Pertemuan)
A.    Kompetensi Inti
1.      Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2.      menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya serta cinta tanah air.
3.      Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati, dan mencoba menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
4.      Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B.     Kompetensi Dasar / Indikator Pencapaian Kompetensi
Ø  Bahasa Indonesia
KD
1.1 Meresapi anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan proses kehidupan bangsa dan lingkungan alam
2.4. Memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan rasa cinta tanah air terhadap bencana alam dan keseimbangan ekosistem serta kehidupan berbangsa dan bernegara melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
INDIKATOR
3.1.1 Menjelaskan isi informasi dari bacaan tentang alam dan pengaruh kegiatan manusia
4.1.1 Menyajikan hasil laporan dalam bentuk tabel mengenai perubahan alam dan keseimbangan ekosistem yang diakibatkan oleh kegiatan manusia
Ø  IPS
KD
1.1 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya
2.2 Menunjukkan perilaku jujur, sopan, estetika dan memiliki motivasi internal ketika berhubungan dengan lembaga sosial, budaya, ekonomi dan politik
3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antarruang dan waktu serta keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional
4.1 Menyajikan hasil pengamatan mengenai aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antarruang dan waktu serta dan keberlanjutannya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dari sumber-sumber yang tersedia
INDIKATOR
3.1.1 Mengenal aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional
4.1.1 Menyusun laporan secara tertulis dalam bentuk tabel hasil identifikasi tentang aktivitas dan perubahan kehidupan manusia.
D. Deskripsi Materi Pembelajaran
Ø  Teks bacaan “Aneh, kenapa bisa begitu?”
Ø  Gambar Sungai Tercemar
Ø  Tabel Kosa Kata
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
1.      Siswa memberi salam kepada guru
2.      Siswa diajak berdoa menurut agama dan keyakinannya masing-masing
3.      Siswa dicek kehadirannya oleh guru
4.      Siswa ditanya:
“Apakah kalian mencintai lingkungan?”
“Tindakan apa saja yang kalian lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan?”
5.      Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran

10 Menit
Inti
1.      Siswa mengamat gambar yang ditunjukkan oleh guru. (Mengamati)
2.      Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang ditunjukkan oleh guru pada lembar kerja siswa. (Menalar)
3.      Siswa menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas. (Mengkomunikasikan)
4.      Guru mengkonfirmasi hasil pekerjaan siswa untuk menyamakan presepsi.
5.      Siswa berdiskusi di dalam kelompok mengenai perubahan-perubahan pada alam yang memiliki dampak bagi kehidupan manusia.
6.      Siswa menuliskan hasil diskusinya pada tabel yang disediakan.
7.      Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. (Mengkomunikasikan)
8.      Guru mengkonfirmasi hasil diskusi siswa untuk menyamakan presepsi.
9.      Salah satu siswa membaca teks “Aneh, kenapa bisa begitu?”  (Mengkomunikasikan)
10.  Siswa lainnya mendengarkan teks “Aneh, kenapa bisa begitu?” (Mendengar)
11.  Siswa mencari kosakata baku dan  tidak baku pada teks bacaan dan menuliskannya di dalam tabel yang disediakan.
(Menalar)
150 Menit
Penutup
1.      Siswa bersama guru membuat kesimpulan / rangkuman dari pembelajaran yang telah berlangsung
2.      Siswa mengerjakan evaluasi pada lembar kerja siswa.
3.      Siswa bersama guru merefleksikan pembelajaran yang telah terjadi.
4.      Doa dan salam penutup
15 Menit

F. Penilaian
1. Teknik penilaian :
-          Tes        
-          Nontes
2. Instrumen penilaian dan pedoman penskoran :
-          Penilaian sikap            :  Lembar pengamatan siswa
-          Penilaian unjuk kerja  : Rubrik menulis berdasaran pengamatan gambar, rubrik menyelesaikan soal latihan pecahan
-          Penilaian pengetahuan:  Soal evaluasi
G. Media / Alat, Bahan dan Sumber Belajar
1. Media / alat dan bahan        : Gambar sungai yang tercemar, Tabel Kosa Kata
2. Sumber belajar        :
Ø  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Perubahan Wujud Benda (Buku Guru). Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Ø  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Perubahan Wujdu Benda Sekitar ( Buku Guru ). Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

 Semarang, ................. 20   
Mengetahui,                                                               
         Kepala Sekolah,                                                        Guru Kelas V
                                               


    (......................................)                                              (......................................)       
      NIP ..........................                                                     NIP ..........................




BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Keterapilan berbahasa lisan merupakan keterampilan seseorang untuk mengungkpakan “sesuatu” dan memahami “sesuatu” yang diungkapkan oleh orang lain secara lisan. Keterampilan berbahsa lisan meliputi menyimak dan berbicara. Secara sederhana dapat kita katakan, bahwa menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahsa yang kemudian dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Dari hal tersebut kita temukan adanya kaitan antara menyimak dengan berbicara.
Dalam penerapan pembelajaran berbahasa lisan di SD, guru perlu memiliki strategi-strategi yang dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan berbahasa lisannya. Ada banyak strategi yang dapat digunakan oleh guru, diantaranya menjawab pertanyaan, bermain tebak-tebakan, memberi petunjuk, identifikasi kalimat topik, main peran, bercerita dan dramatisasi
3.2 Saran
            Kita sebagai seorang calon guru SD, sebaiknya perlu mendalami mengenai materi yang dipaparka pada makalh ini dengan baik, karena pemahaman tetang strategi pembelajaran keterampilan bahasa lisan sangat dibutuhkan demi meningkatkan keterampilan berbahasa lisan siswa.



DAFTAR PUSTAKA

Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
http://herusweet.blogspot.co.id/2010/02/peningkatan-kemampuan-berbahasa-lisan.html
http://nurulelkhalieqy.blogspot.co.id/2012/03/pembelajaran-keterampilan-berbahasa.html
http://zaky0492.blogspot.co.id/2015/02/strategi-meningkatkan-kemampuan.html
https://lindaajja.wordpress.com/2011/02/27/hubungan-menyimak-dan-berbicara


1 komentar:

  1. How to make money from virtual reality betting games
    But, like real-life sports betting, where you can earn real money without febcasino being tied to หารายได้เสริม a sporting event, there is no way of doing worrione that.

    BalasHapus